Apalagi yang kau cari?
Cinta untukmu berlimpah tak ada tandingnya.
Apalagi yang kau cari?
Sehat membuatmu kuat tak ada duanya.
Apalagi yang kau cari?
Waktu memang tidak sudi berhenti menunggu, tetapi dirimu punya banyak kesempatan untuk melewatinya menari di tengah hujan dan menikmati tiap tetesan anugerah dari langit.
Lantas, apalagi yang kau cari?
Jati diri yang mendewasakanmu seolah tidak ingin mendekat, namun ia mendampingimu tegar untuk bertahan dan terbang di atas badai.
Jadi, apalagi yang kau cari?
Kamu terlahir di dunia dengan segala kefanaannya yang penuh dengan ilusi sehingga identik dengan mimpi. Namun tidakkah kau sadar? Tanpa kefanaan, tanpa ilusi apalagi mimpi, tidak akan ada eksistensi peradaban yang menjadikan hidupmu tidak seperti garis proyeksi yang kaku, datar, dan menawarkan kehampaan.
Sekali lagi, apalagi yang kau cari?
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
-d-
Bismillahirrohmanirrohiim
Bismillahirrohmaanirrohiim
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
Kamis, 29 Oktober 2015
Minggu, 18 Oktober 2015
I, My Life is a Beauty ...
Somebody help me,
Somebody hel me yea yea,
Somebody help me,
Jadi ceritanya nulis postingan ini sambil dengerin lagu CN Blue yang Cinderella, hehe.
Well, hari ini topiknya pekerjaan.
Ya, aku sudah bekerja di salah satu lembaga bimbingan belajar di Jakarta.
Alasan aku memilih pekerjaan ini dibanding mengajar di sekolah, karena accident.
Jadi di suatu hari aku berkomunikasi dengan temanku yang katanya sudah berkeliling mencari pekerjaan setelah dinyatakan lulus sidang, sedangkan aku masih berleha-leha di kamar sambil nonton drama Mask dan menikmati MV barunya Girls Generation yang berjudul Party haha.
Nah karena itu, aku jadi mulai berpikir untuk cepat-cepat cari pekerjaan sehingga bisa menghasilkan uang sendiri dengan halal.
Dapatlah aku iklan di salah satu media bahwa lembaga bimbingan belajar ini membutuhkan pengajar Matematika.
Subuh aku mengirim lamaran, jam sembilan pihak lembaga langsung meneleponku dan menyuruhku untuk tes tulis dan wawancara.
Setelah melewati beberapa tes, pendiklatan, dan berbagai persyaratan lainnya, akhirnya resmilah aku menjadi salah satu guru kontrak di lembaga bimbingan belajar tersebut.
Tentu aku sangat bersyukur dan senang bisa mendapat pekerjaan secepat itu dalam jangan waktu belum ada sebulan aku lulus sidang.
Sampai akhirnya, aku mendapat kabar bahwa temanku diterima di salah satu sekolah swasta dengan honor yang lebih menggiurkan, wakwaw.
Jadi aku sempat down saat itu.
Ya, bagi kalian yang baca postingan ini mungkin sudah bisa menyimpulkan bahwa aku mudah sekali tersentil oleh hal-hal kecil seperti ini.
Saat down kala itu, aku mulai membandingkan pekerjaanku dengan pekerjaan temanku di sekolah, dari segi honor, jam kerja, dan tentu saja pressureyang ada.
Banyak pertimbangan-pertimbangan yang bermunculan di kepalaku, mulai dari mencari pekerjaan baru dan keluar dari lembaga bimbingan belajar tersebut padahal belum satu bulan aku bekerja, atau tetap bertahan di sana dengan mencari pekerjaan sampingan lain yang bisa aku lakukan di pagi harinya karena tentu saja jam kerja di bimbingan belajar adalah siang sampai malam hari, menyesuaikan waktu siswa pulang sekolah.
Sampai beberapa waktu lalu pemikiran tersebut pun masih ada.
Bahkan ada guru di sana menyarankan agar aku mencari pekerjaan yang lebih baik, karena bekerja di lembaga tersebut benar-benar bekerja under pressure.
Sampai suatu hari aku menyadari bahwa Ibuku sudah tidak muda lagi, tidak sepantasnya mengurus rumah seorang diri.
Maka dari situ aku mendapat sebuah keteguhan hati, bahwa setidaknya dengan bekerja di siang hari, aku bisa meringankan beban Ibuku dengan membantunya mengurus rumah.
Kalau aku kerja di pagi hari, aku tidak terbayangkan bagaimana kondisi rumah tanpa asisten rumah tangga, dan aku mana tega membiarkan Ibuku yang mengurus semuanya.
Itu kisah tentang bagaimana akhirnya aku menjalani pekerjaanku.
Nah, sekarang aku akan bercerita tentang beberapa muridku.
Tentu saja kepribadian mereka sangat beragam.
Pertama, ada yang menggemaskan (minta banget untuk dijadiin adik atau anak, hehe).
Kedua, ada yang ambisius (datang paling cepet untuk konsultasi pelajaran yang dia nggak ngerti, di kelas bener-bener merhatiin dan terkadang nggak suka kalau ada yang ganggu, pulang paling malam untuk konsul lagi pulang les, bahkan ada yang datang walau itu bukan hari lesnya demi konsul!)
Ketiga, ada yang ogah-ogahan untuk belajar karena kurangnya motivasi belajar mereka. Kerjaan mereka di kelas, bikin rusuh, ngehasud temennya yang mau belajar biar ngobrol.
Keempat, ada yang kurang ajar bener-bener. Contoh, dia nanya PR yang dia nggak bisa walau udah nyoba, datanglah dia nemuin aku. Dia bilang, “Kak, ini bagaimana sih caranya? Kok aku gak bisa ya? Tolong lah Kak.” Oke aku ladenin, aku layanin. TAPI PAS AKU TERANGIN, BUKANNYA DENGERIN, MALAH MAIN GAME, KAN MINTA DITABOKKK!
Kelima, ada yang dikelas belajarnya ogah-ogahan, kerjaannya main HP aja, tapi paling getol minta konsul, padahal yang dia tanya udah dijelasin di kelas. Udah gitu, sekali nanya soal nggak tanggung-tanggung, minta dijelasin semua dari nomor satu sampe akhir tanpa dia mau nyoba. KAN NGESELIN, MINTA DIJAMBAKKK!
Keenam, ada yang baik, rajin di kelas, nah anak-anak kayak gini baru yang paling enak dilayanin kalau minta konsul. Ya kan? Hehe.
Ketujuh, ada yang dateng ke lembaga karena disuruh orang tua aja. Jadi di bimbel kerjaannya hedon. Dikit-dikit delivery McD, dikit-dikit pesen Pizza Hut pakai gojek, dan macem-macem lagi pokoknya.
Kedelapan, ada yang dateng karena butuh temen curhat, jadi bentar-bentar minta konsul eh ujung-ujungnya curcol sama kakak-kakak pengajar. Nah, kalau gini juga asyik. Istilahnya, cuma di sini ranah aku bisa berbagi pengalaman. Yah, mungkin karena aku emang suka dengerin orang cerita kali ya? Hehe. Kayaknya aku sekarang bisa mendeklarasikan bahwa aku adalah wanita dengan kepribadian di atas rata-rata yang mau dengar wkwk.
Pokoknya, aku sudah terlanjur sayang sama mereka dengan kepribadian mereka yang macam-macam itu.
Pikiran menakutkan bahwa mereka tidak menyukai aku kadang suka muncul.
Tetapi kenapa juga harus dipermasalahkan?
Toh aku manusia biasa yang tidak sempurna, yang pasti punya kekurangan yang mungkin mereka tidak suka.
Pokoknya, dengan adanya murid-murid, terlepas dari segala under pressure yang kasat mata oleh mereka, aku jadi yakin akan satu hal yang membuatku begitu bersyukur tiada henti.
Kalau kata Tae Yeon Girls Generation sih, “My life is a beauty,”
Yah, itulah sekilas curhatan dari seorang pengajar dengan jiwa melankolis paling bahagia hehe.
Masih ada hari esok yang merupakan sebuah kejutan bagi setiap insan, salah satu alasan bagiku untuk melakukan yang terbaik setiap harinya.
FIGHTING! Because everybody loves you, Din.
-d-
Somebody hel me yea yea,
Somebody help me,
Jadi ceritanya nulis postingan ini sambil dengerin lagu CN Blue yang Cinderella, hehe.
Well, hari ini topiknya pekerjaan.
Ya, aku sudah bekerja di salah satu lembaga bimbingan belajar di Jakarta.
Alasan aku memilih pekerjaan ini dibanding mengajar di sekolah, karena accident.
Jadi di suatu hari aku berkomunikasi dengan temanku yang katanya sudah berkeliling mencari pekerjaan setelah dinyatakan lulus sidang, sedangkan aku masih berleha-leha di kamar sambil nonton drama Mask dan menikmati MV barunya Girls Generation yang berjudul Party haha.
Nah karena itu, aku jadi mulai berpikir untuk cepat-cepat cari pekerjaan sehingga bisa menghasilkan uang sendiri dengan halal.
Dapatlah aku iklan di salah satu media bahwa lembaga bimbingan belajar ini membutuhkan pengajar Matematika.
Subuh aku mengirim lamaran, jam sembilan pihak lembaga langsung meneleponku dan menyuruhku untuk tes tulis dan wawancara.
Setelah melewati beberapa tes, pendiklatan, dan berbagai persyaratan lainnya, akhirnya resmilah aku menjadi salah satu guru kontrak di lembaga bimbingan belajar tersebut.
Tentu aku sangat bersyukur dan senang bisa mendapat pekerjaan secepat itu dalam jangan waktu belum ada sebulan aku lulus sidang.
Sampai akhirnya, aku mendapat kabar bahwa temanku diterima di salah satu sekolah swasta dengan honor yang lebih menggiurkan, wakwaw.
Jadi aku sempat down saat itu.
Ya, bagi kalian yang baca postingan ini mungkin sudah bisa menyimpulkan bahwa aku mudah sekali tersentil oleh hal-hal kecil seperti ini.
Saat down kala itu, aku mulai membandingkan pekerjaanku dengan pekerjaan temanku di sekolah, dari segi honor, jam kerja, dan tentu saja pressureyang ada.
Banyak pertimbangan-pertimbangan yang bermunculan di kepalaku, mulai dari mencari pekerjaan baru dan keluar dari lembaga bimbingan belajar tersebut padahal belum satu bulan aku bekerja, atau tetap bertahan di sana dengan mencari pekerjaan sampingan lain yang bisa aku lakukan di pagi harinya karena tentu saja jam kerja di bimbingan belajar adalah siang sampai malam hari, menyesuaikan waktu siswa pulang sekolah.
Sampai beberapa waktu lalu pemikiran tersebut pun masih ada.
Bahkan ada guru di sana menyarankan agar aku mencari pekerjaan yang lebih baik, karena bekerja di lembaga tersebut benar-benar bekerja under pressure.
Sampai suatu hari aku menyadari bahwa Ibuku sudah tidak muda lagi, tidak sepantasnya mengurus rumah seorang diri.
Maka dari situ aku mendapat sebuah keteguhan hati, bahwa setidaknya dengan bekerja di siang hari, aku bisa meringankan beban Ibuku dengan membantunya mengurus rumah.
Kalau aku kerja di pagi hari, aku tidak terbayangkan bagaimana kondisi rumah tanpa asisten rumah tangga, dan aku mana tega membiarkan Ibuku yang mengurus semuanya.
Itu kisah tentang bagaimana akhirnya aku menjalani pekerjaanku.
Nah, sekarang aku akan bercerita tentang beberapa muridku.
Tentu saja kepribadian mereka sangat beragam.
Pertama, ada yang menggemaskan (minta banget untuk dijadiin adik atau anak, hehe).
Kedua, ada yang ambisius (datang paling cepet untuk konsultasi pelajaran yang dia nggak ngerti, di kelas bener-bener merhatiin dan terkadang nggak suka kalau ada yang ganggu, pulang paling malam untuk konsul lagi pulang les, bahkan ada yang datang walau itu bukan hari lesnya demi konsul!)
Ketiga, ada yang ogah-ogahan untuk belajar karena kurangnya motivasi belajar mereka. Kerjaan mereka di kelas, bikin rusuh, ngehasud temennya yang mau belajar biar ngobrol.
Keempat, ada yang kurang ajar bener-bener. Contoh, dia nanya PR yang dia nggak bisa walau udah nyoba, datanglah dia nemuin aku. Dia bilang, “Kak, ini bagaimana sih caranya? Kok aku gak bisa ya? Tolong lah Kak.” Oke aku ladenin, aku layanin. TAPI PAS AKU TERANGIN, BUKANNYA DENGERIN, MALAH MAIN GAME, KAN MINTA DITABOKKK!
Kelima, ada yang dikelas belajarnya ogah-ogahan, kerjaannya main HP aja, tapi paling getol minta konsul, padahal yang dia tanya udah dijelasin di kelas. Udah gitu, sekali nanya soal nggak tanggung-tanggung, minta dijelasin semua dari nomor satu sampe akhir tanpa dia mau nyoba. KAN NGESELIN, MINTA DIJAMBAKKK!
Keenam, ada yang baik, rajin di kelas, nah anak-anak kayak gini baru yang paling enak dilayanin kalau minta konsul. Ya kan? Hehe.
Ketujuh, ada yang dateng ke lembaga karena disuruh orang tua aja. Jadi di bimbel kerjaannya hedon. Dikit-dikit delivery McD, dikit-dikit pesen Pizza Hut pakai gojek, dan macem-macem lagi pokoknya.
Kedelapan, ada yang dateng karena butuh temen curhat, jadi bentar-bentar minta konsul eh ujung-ujungnya curcol sama kakak-kakak pengajar. Nah, kalau gini juga asyik. Istilahnya, cuma di sini ranah aku bisa berbagi pengalaman. Yah, mungkin karena aku emang suka dengerin orang cerita kali ya? Hehe. Kayaknya aku sekarang bisa mendeklarasikan bahwa aku adalah wanita dengan kepribadian di atas rata-rata yang mau dengar wkwk.
Pokoknya, aku sudah terlanjur sayang sama mereka dengan kepribadian mereka yang macam-macam itu.
Pikiran menakutkan bahwa mereka tidak menyukai aku kadang suka muncul.
Tetapi kenapa juga harus dipermasalahkan?
Toh aku manusia biasa yang tidak sempurna, yang pasti punya kekurangan yang mungkin mereka tidak suka.
Pokoknya, dengan adanya murid-murid, terlepas dari segala under pressure yang kasat mata oleh mereka, aku jadi yakin akan satu hal yang membuatku begitu bersyukur tiada henti.
Kalau kata Tae Yeon Girls Generation sih, “My life is a beauty,”
Yah, itulah sekilas curhatan dari seorang pengajar dengan jiwa melankolis paling bahagia hehe.
Masih ada hari esok yang merupakan sebuah kejutan bagi setiap insan, salah satu alasan bagiku untuk melakukan yang terbaik setiap harinya.
FIGHTING! Because everybody loves you, Din.
-d-
Langganan:
Komentar (Atom)