Izinkan aku flash back ke jaman kecil dulu.
Sebuah kejadian di dalam mobil selama perjalanan, yang masih segar dalam ingatanku.
Kakak dari Ibuku yang ke-5 bertanya, “Dina, kalau sudah besar nanti, jadi guru saja. Karena, guru itu kan menyampaikan ilmu, sedangkan ilmu yang bermanfaat adalah pahala yang tidak akan terputus sampi meninggal nanti.”
Sejak itu, aku seolah terdoktrin untuk menjadi seorang guru.
Aku ingin menjadi guru.
Dan hal tersebut pun tidak berubah walau aku menemukan kebebasan jiwa saat menyalurkan inspirasiku lewat menulis.
Setiap kali guru BK menyuruh kami para siswa mengisi data, aku selalu menempatkan guru sebagai cita-cita pertama, penulis sebagai cita-cita kedua, dan penyiar radio sebagai cita-cita ketiga.
Naif sekali, bukan? Haha.
Sampai akhirnya, sekali waktu, saat tiba akhirnya aku harus memilih jurusan di kuliah.
Kakak laki-laki dari Ibuku, sebut saja Babeh, tiba-tiba bertanya, “Lu mau ambil jurusan apa pas kuliah nanti, Din?”
Iseng, aku pun menjawabnya asal. “Sastra Inggris.”
Tahu responnya seperti apa?
“Jangan. Mau jadi apa lu nanti? Penerjemah doang?”
Aku hanya tertawa karena responnya yang menurutku lucu.
“Tidak mau kedokteran saja? Nanti ambil spesialis kandungan. Dokter kandungan jaman sekarang jarang yang perempuan.”
Aku menggeleng tegas. “Dina mau ambil jurusan Matematika saja.”
Tak lama setelah itu, si Mamay ikut-ikutan Babeh.
“Din, Dina kenapa sih tidak mau kuliah Kedokteran saja? Masalah biaya? Mamay masih sanggup kok biayain kuliah kamu.”
“Duh, May, nilai Biologi Dina saja jarang dapat bagus. Gimana mau kuliah di Kedokteran?”
Sampai beberapa kali pertanyaan itu diulang, aku tetap tidak mengubah jawabanku bahwa aku ingin kuliah di jurusan Pendidikan Matematika saja, tidak ingin kuliah di Kedokteran.
Alasan yang aku kemukakan memang simpel dan benar adanya.
Aku lemah sekali di Biologi dan Fisika.
Satu-satunya materi Biologi yang aku suka dan paling bagus dapat nilai ulangan hariannya dari seluruh materi kelas 10 hingga 12 hanyalah Pembelahan Sel, karena ada adegan di film Twilight saat Bella dan Edward di pelajaran Biologi dan materinya adalah Pembelahan Sel! Haha.
Bagusnya aku pun cuma dapat 8 koma sekian, wkwk.
Bisa bayangkan dong nilai ulangan Biologiku untuk materi yang lain?
Nah kalau Fisika, entah apa yang membuat orang-orang lebih tertarik Fisika dari Matematika.
Dari awal masuk SMA, Fisika adalah mata pelajaran yang paling aku hindari.
Aku baru serius mendalami Fisika di kelas 12, itu pun karena guru Fisikanya adalah wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang langsung memanggilku ke ruangannya akibat nilai TO Fisika pertamaku di kelas 12 sangat jelek karena terlalu banyak berurusan dengannya untuk masalah Paskibra, haha.
Nah, berdasarkan hukum Newton, ada aksi, ada reaksi, bukan?
Aku lemah di kedua bidang itu pun karena ada alasan.
Pertama, di pelajaran Biologi, aku lebih memilih membaca novel Harry Potter series dan Twilight Saga series selama pelajaran.
Kedua, di pelajaran Fisika, aku lebih memilih menghitung uang kas Paskibra.
Jadi, begitulah, haha.
Aku benar-benar pay attention hanya di pelajaran Matematika dan Kimia untuk yang eksak.
Mungkin karena aku memang interested di Mat, dan banyak menemukan hal baru di Kimia.
Jadi, aku selalu memasang posisi serius dan semangat di kedua pelajaran tersebut.
Sehingga, mana berani aku menerima tawaran untuk kuliah di Kedokteran, atau mungkin Teknik?
Itu ambil mati namanya, haha.
Sehingga aku bertahan dengan pendapatku, “Get real, Din. There is no way you can get yourself in Medical or Engineering departement. Nilai Biologi sama Fisika lo saja hancur-hancuran!”
Aku pun menjadi pribadi yang santai dan hanya melengos keheranan saat ada salah satu teman akrabku di bimbel sampai mimisan karena keseringan belajar untuk bisa masuk jurusan Kedokteran UI sedangkan aku setelah pulang intensif, langsung nonton drama korea, haha.
Tetapi usahanya itu membuatku salut karena pada akhirnya ia dinyatakan lulus Kedokteran UI via SNMPTN undangan.
Nah, sekarang, aku melihat murid-muridku pun seperti yang banting tulang untuk mendapatkan jurusan yang mereka inginkan.
Ketika aku mengurai memori masa SMA dulu, aku secara sadar merasa aku tidak berusaha sungguh-sungguh seperti mereka.
Padahal kalau aku nekat, dengan niat yang bulat, aku bisa saja mengejar ketinggalanku di pelajaran Biologi dan Fisika dengan fasilitas yang aku punya dan ditawarkan padaku.
Aku bisa saja mati-matian meminta pertolongan dari segala aspek untuk akhirnya bisa kuliah di jurusan Kedokteran sesuai keinginan Babeh dan Mamay.
Saat melihat siswa-siswa serius mengerjakan soal, dan benar-benar berhasil mencapai nilai yang mereka targetkan, entah kenapa ada sesak di dadaku yang membuatku ingin memutar kembali waktu.
Aku seperti tertampar karena pandanganku terhadap profesi ‘Guru’ benar-benar sempit.
Padahal kalau aku kuliah di jurusan Kedokteran, aku tetap bisa menjadi guru, yaitu guru-gurunya calon dokter.
Kalau aku kuliah di jurusan Teknik pun, aku tetap bisa menjadi guru, yaitu guru-gurunya calon insinyur.
Bukankah predikat tersebut lebih keren? Hahaha.
Intinya, karena penyesalan selalu datang belakangan, karena waktu memang tidak pernah sudi untuk berputar, maka aku memutuskan:
Aku mulai mendoktrin adik-adik sepupuku untuk menjadi seorang dokter atau insinyur atau pengusaha atau semacamnya.
Aku tahu cara seperti ini akan membuat mereka seolah mendapatkan pressure, tetapi kalau ini akan membuat mereka menjadi orang sukses di masa depan, kenapa harus ragu?
Sekarang aku justru tidak menyalahkan orang tua yang memaksakan kehendak pada anaknya, salah satunya adalah terkait pemilihan jurusan ini.
Hanya saja, memang ada beberapa cara yang perlu diperbaiki sehingga pencapaian ke anak pun enak :D
Pemikiran seperti ini muncul sebagai buah hasil dari pengamatanku terhadap siswa selama intensif SBMPTN.
Aku jadi paham, istilah ‘get real’ seperti yang aku tanamkan jaman SMA dulu sama sekali tidak membantu.
I just got understand, passion is about beyond your limitation.
So, don’t ever try to put yourself on limit.
Work hard is very necessary to keep you always in the right track.
Until, you no longer have to introduce yourself! :D
Karena usaha tidak pernah membohongi hasil, dear readers :D
Dan jangan biarkan penyesalan bersenang-senang karena menang.
-d-