Sebelum ke lagu, aku mau kasih pengantar dulu yaa.
Mmm, lebih tepatnya curcol sih, hehe.
Aku punya harapan.
Duluu.
Karena sekarang harapan itu sudah aku pendam dalam-dalam.
Ya, aku memilih jalan yang paling pengecut, yaitu MENYERAH.
Dan saat ini, saat kesempatan sudah ada di depan mata, saat terbuka banyak jalan,
Aku sama sekali tidak menemukan diriku menggebu-gebu.
Padahal dulu sensasinya sangat dahsyat.
Lalu, bagaimana ini?
Apa yang dapat aku lakukan untuk memunculkan kembali rasa menggebu-gebu itu?
Rasa semangat itu?
Dan yang pasti, bagaimana caranya untuk menimbulkan kembali keinginan itu, walau sedikit saja?
Oke, enough for the story.
Here we go to the song.
Enjoy it, guys.
But still, this song is especially dedicated to my lovely Rafael Landry Tanubrata.
Irish, Goo Goo Dols
And I'd give up forever to touch you
'Cause I know that you feel me somehow
You're the closest to heaven that I'll ever be
And I don't want to go home right now
And all I can taste is this moment
And all I can breathe is your life
'Cause sooner or later it's over
I just don't want to miss you tonight
And I don't want the world to see me
'Cause I don't think that they'd understand
When everything's made to be broken
I just want you to know who I am
And you can't fight the tears that ain't coming
Or the moment of truth in your lies
When everything feels like the movies
Yeah you bleed just to know you're alive
Oh ya one more thing, HAPPY FASTING ALL (;
Hope this year will gonna be much better the the past.
Jadilah hamba yang tidak akan pernah berhenti untuk bersyukur pada Allah,
dan yang paling penting, berikanlah semua cinta di hati-Mu untuk Allah dan karena Allah,
karena hanya dengan begitu kita akan mendapat kebahagiaan yang sesungguhnya,
Insya Allah, amin allahuma amin (;
-d-
Bismillahirrohmanirrohiim
Bismillahirrohmaanirrohiim
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
Minggu, 31 Juli 2011
Jumat, 29 Juli 2011
curhat, hehe
So many words to declare, to explain, to speak out.
Tapi bingung harus diugkapkan di mana.
Di status facebook, pasti kepanjangan.
Twitter gapunya, bodolah kalo ketinggalan jaman hehe.
Jadi paling hanya saya ungkapkan pada Dzat yang paling saya cintai.
Allah SWT.
Tenang rasanya, lega hati ini.
Tapi masih ada satu hal yang masih mengganjal.
Sebuah percakapan dua insan.
"Bisa kamu jelaskan ke aku bagaimana caranya untuk pergi?"
"Tergantung ke mana tujuanmu akan pergi."
"Tapi aku tidak menemukan tempat lain selain ke kamu."
"Memang kamu mau pergi dari aku?"
"Ya, sesak rasanya selalu ada di sisimu."
"Kalau begitu, aku akan memberi tahu kamu bagaimana caranya kamu pergi. Tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Ajak aku ke mana pun kamu pergi."
"Kenapa?"
"Apa alasan penting untukmu? Aku rasa tidak. Karena bagi aku, alasan hanya akan memberikan banyak perbatasan. Itu sebabnya aku tidak bertanya kenapa kamu sesak jika selalu berada di sisiku, karena aku yakin aku bisa menghilangkan rasa sesak itu."
Bagaimana percakapan itu?
Biasa saja atau berlebihan atau memberikan suatu pelajaran?
Ah, rasanya biasa saja, bukan?
Satu lagi yang ingin saya tuliskan di sini.
Kalau saya sudah benar-benar melepasnya.
Ya, melepas dia yang menjadi segala sumber inspirasi saya.
Sepi rasanya, hampa, setelah saya menyerah.
Sampai-sampai saya terlalu takut untuk menatap orang lain selain dirinya.
Tapi satu hal yang saya rasakan.
Bahwa saya benar-benar lega.
Terasa ringan rasanya jika saya melangkah.
Melangkah untuk menatap masa depan saya.
Mmm, apa lagi ya yang ingin disampaikan?
Belum terpikirkan.
Tapi mungkin besok Insyaallah saya akan memosting sebuah lagu, hehe.
-d-
Tapi bingung harus diugkapkan di mana.
Di status facebook, pasti kepanjangan.
Twitter gapunya, bodolah kalo ketinggalan jaman hehe.
Jadi paling hanya saya ungkapkan pada Dzat yang paling saya cintai.
Allah SWT.
Tenang rasanya, lega hati ini.
Tapi masih ada satu hal yang masih mengganjal.
Sebuah percakapan dua insan.
"Bisa kamu jelaskan ke aku bagaimana caranya untuk pergi?"
"Tergantung ke mana tujuanmu akan pergi."
"Tapi aku tidak menemukan tempat lain selain ke kamu."
"Memang kamu mau pergi dari aku?"
"Ya, sesak rasanya selalu ada di sisimu."
"Kalau begitu, aku akan memberi tahu kamu bagaimana caranya kamu pergi. Tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Ajak aku ke mana pun kamu pergi."
"Kenapa?"
"Apa alasan penting untukmu? Aku rasa tidak. Karena bagi aku, alasan hanya akan memberikan banyak perbatasan. Itu sebabnya aku tidak bertanya kenapa kamu sesak jika selalu berada di sisiku, karena aku yakin aku bisa menghilangkan rasa sesak itu."
Bagaimana percakapan itu?
Biasa saja atau berlebihan atau memberikan suatu pelajaran?
Ah, rasanya biasa saja, bukan?
Satu lagi yang ingin saya tuliskan di sini.
Kalau saya sudah benar-benar melepasnya.
Ya, melepas dia yang menjadi segala sumber inspirasi saya.
Sepi rasanya, hampa, setelah saya menyerah.
Sampai-sampai saya terlalu takut untuk menatap orang lain selain dirinya.
Tapi satu hal yang saya rasakan.
Bahwa saya benar-benar lega.
Terasa ringan rasanya jika saya melangkah.
Melangkah untuk menatap masa depan saya.
Mmm, apa lagi ya yang ingin disampaikan?
Belum terpikirkan.
Tapi mungkin besok Insyaallah saya akan memosting sebuah lagu, hehe.
-d-
Langganan:
Komentar (Atom)