Suatu malam yang sunyi, ketika di mana semua orang terlarut dalam mimpi, ketika banyak jiwa tak bersatu dengan raga, seorang wanita, sebut saja namanya Linda, mendapat sebuah panggilan.
"Halo, Assalamu'alaykum." sapa wanita itu.
"Wa'alaykumsalam. Tante, ini Kiki. Tolong bilang Oom, Tante, Bapak meninggal."
Tante Linda langsung benar-benar-benar tersadar dan membangunkan suaminya, sebut saja Yadi.
"Bang, Abang, Mas Didi meninggal."
Sang suami terbangun dan langsung menelepon ke rumah Mas Didi. Dan ternyata, SIBUK!
Yadi langsung menelepon sanak kelurga yang lain. Pertama ia menelepon ke kediaman adiknya. Dan tak diangkat-angkat juga. Ia telepon lagi sampai akhirnya adiknya yang bungsu mengangkat.
"Halo?" sapa sang Adik, sebut saja Bunga.
"Elu tau gak? Tau gak lu?" tanya Yadi langsung.
"Tau apa?"
"Itu Mas Didi meninggal. Kok lu nggak tau? Malah asik-asik tidur."
"Hah? Yang bener lu?" Bunga terdengar kaget.
"Coba sekarang elu telepon rumahnya Mas Didi. Sibuk tahu. Pasti lagi ngabarin keluarga Mas Didi yang lain."
"Iya, iya. Nanti gue ke rumahnya deh."
"Iya, cepet."
Setelah itu, ia menelepon ke kediaman kakak laki-laki satu-satunya.
"Halo?" ternyata anak laki-lakinya yang mengangkat.
"Halo, Us, bilang Bapak, Mas Didi meninggal."
"Apa? Yang bener Oom?"
"Iya. Bilang Bapak ya."
Dan tak lupa Yadi juga menelepon kakak perempuannya yang di Bandung.
"Yum, itu Mas Didi meninggal."
"Hah? Serius? Innalillahi."
"Iya. Ini gue mau ke sana."
"Iya, iya, gue juga ke sana sekarang deh."
Selesai menelepon, tiba-tiba ada yang mengetuk rumah Yadi.
"Assalamu'alaykum Pak Yadi. Ini, Pak Bambang meninggal."
Semakin pusinglah Yadi karena keluarga dan tetangganya ada yang meninggal.
"Ooo gitu, Pak. Iya nanti saya ke sana, sebentar. Keluarga saya juga ada yang meninggal soalnya."
"Iya, Pak. Ditunggu."
Yadi langsung menghampiri Linda, istrinya.
"Lin, kamu bangunin anak-anak, siap-siap ke Jakarta. Terus saya ke Pak Bambang sebentar ngurus pemakaman. Habis itu kita langsung ke Jakarta."
"Iya, Bang."
***
"Mas Didi meninggal. Ini gue sama Nur mau ke sana, Ri. Lo coba teleponin Rodif. Dia diteleponin nggak bisa-bisa." jelas Bunga pada Kakaknya.
"Hah? Innalillahi. Iya nanti gue telepon si Rodif."
"Gue teleponin rumah Mas Didi nggak bisa-bisa. Mungkin lagi ngabarin yang lain."
Akhirnya, Ari menelepon Rodif.
"Halo?"
"Dif, ini Bibi Ari."
"Kenapa, Bi?"
"Kamu di mana?"
"Ini masih di Tangerang. Ada kerjaan."
Ari langsung menangis sejadi-jadinya.
"Bapak luuu, Diiiffff. Huaaaaa."
"Bapak kenapa, Bi?" tanya Rodif dengan nada datar.
"Bapak luuu, Diiifff."
Tangisan Ari semakin menjadi.
"Bapak kenapa, Bi?" tanya Rodief lagi dengan nada yang tidak sabar.
"Bapak lu Meninggal."
Dan Rodif langsung menangis sejadi-jadinya.
***
Di malam, di selimutkan dinginnya Bandung.
"Bi Yum, ini bagaimana? Oom Didi meninggal." telepon Sani sambil menangis.
"Iya, San, Bibi juga nggak nyangka."
"Bibi mau ke Jakarta?"
"Iya. Sama Putri. Rencananya secepatnya setelah dapet kabar dari Bunga dan Nur."
"Sani ikut Bibi, ya? Sani lagi di Bandung juga soalnya."
"Iya. Nanti dikabari lagi ya."
***
"Pak, tadi Oom Yadi telepon, katanya Pakde Didi meninggal." kata Daus pada Bapaknya.
Bapaknya langsung lemas dan terduduk di sofa. Mulai menangis.
"Kenapa harus Tinaaa adik Bapaak? Kasian amat sih lu, Tiiin." seru Bapak Daus histeris.
"Yasudah, Pak, kita ke Jakarta saja langsung sekarang."
Perlu diketahui kalau Didi adalah suami dari Tina, yang merupakan adik dari Bapak Daus dan Kakak dari Bunga, Nur, Yum, Ari, dan Yadi tentunya.
***
Sampai di rumah Didi, Bunga dan Nur heran karena keadaan rumah begitu gelap dan sunyi. Seperti tidak terjadi apa-apa.
"Tiiiin. Tinaaaaa." panggil Nur sambil menggoyang-goyangkan gembok yan tergantung.
Sampai akhirnya, Tina keluar dan kebingungan mendapati dua adiknya berada di depan rumahnya jam dua dini hari.
"Lu berdua ngapain ke sini?" tanya Tina dengan datar. "Ada apa?"
"Mas Didi mana? Mas Didi nggak kenapa-kenapa? Gue dapet telepon dari Yadi katanya Mas Didi meninggal."
"Hah? Kata siapa? Enggak. Itu Mas Didi lagi tidur."
Bunga dan Nur langsung terduduk lemas.
"Siapa, Ma?" tanya seorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Didi.
"Itu kata si Yadi Mas Didi meninggal." jelas Bunga.
"Enggak, kok. Ini sehat walafiat begini."
"Habis tadi katanya si Kiki telepon Yadi katanya Mas Didi meninggal." kata Nur.
"Itu si Kiki aja lagi tidur."
Semakin lemas lah Bunga dan Nur.
"Terus kenapa rumah ini di teleponin nggak bisa-bisa?" tanya Bunga.
"Lu berdua tahu sendiri kan telepon di rumah gua kalo tiap malem memang dicabut kabelnya?"
***
Aneh, bukan? Lalu sebenarnya, "Bapak Kiki" yang dimaksud itu siapa?
Selidik punya selidik, masih ingat kan cerita kalau ada tetangga Yadi yang meninggal?
Pak Bambang?
Dan ternyata, Pak Bambang ini mempunyai seorang putri yang bernama KIKI.
***
Ini adalah kisah nyata yang terjadi di keluarga ku tercinta, keluarga ArFat. Dengan nama yang disamarkan tentu saja. Kejadian yang menambah kemanisan dalam keluarga kami.
I LOVE YOU ALL, FAMZ :D
-d-
nice post like true story... ^^ ... *kaya pernah* ckckckkc
BalasHapus