Bismillahirrohmanirrohiim

Bismillahirrohmaanirrohiim
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?

Rabu, 04 April 2012

99 Cahaya di Langit Eropa

Judul Buku : 99 Cahaya di Langit Eropa : Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa
Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Genre : Nonfiksi
Halaman : 424 Halaman
Ukuran : 13,5 x 20 cm
Tanggal Terbit : 29 Juli 2011
ISBN-13 : 9789792272741





Eropa. Tempat yang mempunyai begitu panyak perbedaan yang jika disatupadukan akan membentuk sebuah peradaban yang membuat dunia terpana. Tempat di mana teknologi dan kebudayaan berjalan berdampingan. Tempat yang minim akan penduduk Muslim, yang sebenarnya semakin memperkaya dimensi spiritual untuk lebih mengenal Islam dengan cara yang berbeda.
Awal kisah dari buku ini jauh sebelum buku ini dibuat. Kisah yang menceritakan seorang Panglima perang yang menyebarkan agama Islam dengan pedang dan perisai, bukan dengan tutur kata dan sikap yang baik.
Buku ini menceritakan perjalanan Hanum selama hidup di Eropa yang mengikuti suaminya, Rangga, yang mendapat beasiswa untuk studi doktoral di Wina, Austria. Di tempat Les Bahasa Jerman, Hanum bertemu dengan seorang wanita Muslim berkebangsaan Turki bernama Fatma Pasha. Sejak itu, Fatma mulai memamerkan kota Wina pada Hanum, dimulai dari atas bukit gunung di Kahlenberg, yang dapat melihat seluruh aspek di kota Wina, termasuk Sungai Danube yang membagi kota Wina menjadi dua. Dan di tepi sungai Danube, ada sebuah Masjid bernama Vienna Islamic Centre.
Suatu hari, saat pembagian ijasah Bahasa Jerman, Fatma sebagai pemilik nilai tertinggi tidak hadir. Dan tidak memberikan kabar sama sekali. Hanum mencarinya ke mana-mana dan hasilnya nihil. Fatma Pasha hilang! Hingga akhirnya ia mendapat sebuah pesan.
Hanum maaf, sekarang aku di bandara Schwechat. Sebentar lagi terbang
ke Turki Ada hal mendesak yang harus kuselesaika.Semoga kita
bertemu lagi. Salam.
Ada rasa tidak puas pada diri Hanum karena pada akhirnya ia dan Fatma yang sudah bertekad akan melakukan perjalanan keliling Eropa untuk mengenal Islam tidak dapat melanjutkan misi mereka.
Tanpa Fatma, Hanum memulai perjalannya ke Paris, negara yang membuat manusia tidak akan dianggap ke Eropa jika tak menginjakkan kaki di bumi Paris, karena kebetulan Rangga akan konferensi di sana. Ia mendapatkan seorang guide bernama Marion yang ia dapati kartu namanya dari seorang Imam Hashim di Vienna Islamic Centre.
“Paris, la Ville-Lumiere. The City of Lights,” ujar Rangga.
Di Paris, tempat pertama yang dikunjungi Hanum adalah Museum Louvre, museum yang mengoleksi lukisan-lukisan karya maestro dunia dan juga menyimpan peninggalan dari imperium ke imperium.
Lalu satu hal yang menginspirasi dan membangunkan Hanum akan akan sebuah janji perjalanan dengan Fatma, yaitu saat hari ulang tahunnya di Bulan April. Ayahnya, Amien Rais, meneleponnya dan menyuruhnya pergi ke Cordoba dan Granada. Hanum jadi teringat akan percakapannya dengan Marion saat di Paris.
“Sesungguhnya yang disebut The City of Lights adalah Cordoba. Kota inilah renaissance Eropa yang sesungguhnya. Semua berasal dari Mezquita itu. Kota yang tak hanya terang karena pencahayaan secara fisik, tetapi juga karena ‘ini’ juga mengalami masa keemasan.” Kata Marion sambil menunjuk kepalanya.
Akhirnya pada bulan Juni, Hanum dan Rangga menapakkan kaki ke Cordoba. Tempat yang pertama kali dikunjungi, tentu saja Mezquita, yang dulunya adalah masjid terbesar di Cordoba yang sekarang harus menerima identitas baru sebagai gereja katedral terbesar di Cordoba.
Suatu hari, Hanum mengecek inbox email-nya. Matanya mendelik saat melihat sebuah nama yang tertera. Fatma Pasha.
Aku begitu bangga mendengar cerita-cerita perjalananmu, kau membuatku seolah-olah ada di tempat itu. Jika kau ada waktu, berkunjunglah ke Istanbul.
Hanum langsung menyuruh Rangga memburu tiket bulan depan ke Istanbul, Turki. Saat hari itu tiba, Fatma Pasha langung menyambutnya. Perjalanan mereka diawali dengan mengunjungi Hagia Sophia.
Kebalikan dari Mezquita, Hagia Sophia dulunya adalah sebuah gereja. Setelah Istanbul ditaklukkan oleh Ottoman, Hagia Sophia dialihfungsikan menjadi masjid. Namun kini telah menjadi museum atas kebijakan pemerintahan Turki.
Perjalanan Hanum diakhiri dengan kepergian Hanum ke Tanah Suci Mekkah. Dan tentu, Hanum semakin mencintai Agamanya, Islam, yang ternyata pernah mempunyai pengaruh besar dan menebarkan cahayanya di bumi Eropa. Segala ketakjuban Hanum dan Rangga akan sejarah Islam yang tersembunyi tergambarkan dengan sangat jelas dalam buku ini.
“Menjadi agen Islam yang baik di Eropa.”
Itulah kata-kata yang keluar dari mulut seorang Fatma Pasha. Yang Hanum sadari bahwa jika dikatakan jauh lebih mudah dibanding dengan menerapkannya. Hanum dapat menyimpulkan sebuah hal dari perjalannya di Eropa, bahwa perjalanan panjangnya sama sekali tidak mengantarkan Hanum ke ujung jalan, namun jutru membuat Hanum kembali ke permulaan. Islam. Allah SWT. Al-Quran. Muhammad SAW.
Buku ini sangat memikat pengetahuan pembaca karena pada dasarnya dalam buku ini Penulis menceritakan sejarah Islam, yang telah menyentuh berbagai bidang peradaban di Eropa sehingga Eropa dapat “bersinar”, dengan sangat piawai menggunakan kata-kata yang lugas, simpel, ringan, dan mengalir sehingga Pembaca langsung larut dalam cerita dan dapat merasakan setiap aspek yang dipaparkan Hanum.
Hanum Salsabiela Rais memasukkan gambar yang diambilnya untuk setiap objek yang ia ceritakan dalam buku sehingga visualisasi penulis diikutsertakan. Juga, dengan adanya gambar untuk setiap objek, Hanum melakukan penekanan latar tempat dan latar waktu sehingga semakin kental terasa oleh Pembaca.
Sayangnya, di Eropa, Hanum bertemu dengan banyak orang yang kemudian dijadikan sebagai tokoh dalam bukunya, sehingga kita tidak dapat menentukan watak tokoh yang diceritakan Hanum.
Walau demikian, buku ini pada akhirnya menguak misteri berabad-abad lalu yang terjadi di Eropa, khususnya tentang eksistensi peradaban Islam di Eropa yang membuat Eropa menjadi negara yang selalu bersinar sepanjang masa sampai sekarang. Dan karya dalam bentuk buku ini juga membuat kita mengenal Islam yang sebenarnya adalah pusat dan titik awal dari segala peradaban dan kebudayaan yang terang benderang di muka bumi Eropa.
Jadi, apakah Anda masih menyimpulkan bahwa Eropa hanya sebatas Menara Eiffel, Colesseum, dan Tembok Berlin? 

-d-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar