Bismillahirrohmanirrohiim

Bismillahirrohmaanirrohiim
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?

Selasa, 23 Oktober 2012

Tentang Sebuah Konsep

Saranghae . . .
Mengucapkan hal di atas memang mudah.
Semudah membalikkan tangan.
Tapi tahukah maknanya?
Terkandung sebuah makna besar di baliknya.
Terlintas sebuah pertanyaan di dalam kelas PPD.
Ada yang menanyakan, mana yang lebih dulu?
Menikah, ataukah karir?
Kalau tidak di cut oleh sang Dosen, akan menjadi perbincangan tak ada ujungnya di sana.
Aku sudah mengacung tinggi-tinggi untuk berpendapat.
Tetapi tidak diberi kesempatan karena adanya cut itu.
Maka aku akan memaparkan jawabannya di sini.
Menikah, atau karir dulu?
Bagiku, keduanya elemen penting yang berkesinambungan.
Jika aku lebih memilih menikah dulu, tentu itu mempunyai arti.
Pertama, bukan berarti orang yang memilih menikah terlebih dahulu sebelum berkarir itu tidak tahu apa yang akan ia hadapi.
Dengan menikah, berarti dia telah mengikis egonya karena tidak lagi ragu untuk berbagi kehidupan dengan pasangan hidup yang dianggap tepat.
Ada sebuah konsep di balik pernikahan itu sendiri.
Yaitu sebuah konsep berkeluarga.
Banyak yang menyalahartikan mengenani komitmen berkeluarga di jaman sekarang.
Apalagi jika sudah ada pendatang baru di dalam keluarga yang dibangun, yaitu si buah hati.
Buah hati itu merupakan sebuah amanah dari Sang Pencipta.
Tangan kitalah sebagai orang tua yang akan berkreasi membentuk kepribadiannya.
Mendidiknya dengan segala aspek kehidupan yang semakin hari semakin banyak menuntut ini itu.
Maka dari itu, tidak ada salahnya jika memilih menikah terlebih dahulu.
Karena mungkin mereka mengerti akan konsep yang ada dibaliknya.
Sehingga keberkahan untuk karir pun dapat mengikuti.
Kedua, jika ia memilih berkarir terlebih dahulu, lalu menikah.
Hal ini pun tak ada salahnya.
Berarti, mereka yang memilih untuk berkarir terlebih dahulu ingin mensejahterakan keluarganya lahir dan batin.
Tetapi kita tidak dapat mungkir ada beberapa pasangan yang buta akan konsep dari sebuah keluarga karena karir.
Mereka sama sekali tidak memperhatikan dan mengikuti perkembangan demi perkembangan yang dilewati anaknya.
Sehingga ketika mereka merasa ada yang salah dengan kepribadian anaknya, mereka akan menyalahkan dunia pendidikan.
Padahal pendidikan berkarakter itu sendiri seharusnya dibangun di keluarga.

Sesungguhnya, tidak ada yang merugikan atau menguntungkan jika memilih menikah atau berkarir terlebih dahulu.
Kalau kata seorang teman, hidup itu pilihan.
Dan itu merupakan suatu proses pendewasaan.
Intinya, jangan pernah bermain-main dalam membentuk karakter dan kepribadian seorang anak.
Sebagai seorang calon Ibu, tentu aku akan terjun langsung dalam mendidik buah hatiku kelak.
Karena aku ingin anakku mempunyai kepribadian yang terintegrasi.
Dan bagaimana dengan karirku nanti?
Aku masih bisa berkarya dengan mengerahkan dan mengasah segala kemampuan yang aku punya.
Berkarya dengan menjadi wanita seutuhnya :)))

Case closed.
:DDD

-d-

Kamis, 18 Oktober 2012

Tentang Cinta yang Lain

Terinspirasi dari acara wisuda, Rabu 17 Oktober 2012.
Ada sebuah kelas yang menyanyikan lagu yang di Medley.
Salah satunya adalah lagu dari Ipang-Tentang Cinta, dan Ungu-Cinta yang Lain.
Saya langsung mematung saat mendengarnya.
Jadi, begini cara mereka me-Medley kedua lagu tersebut, kalau saya tidak salah dengar.

Sekilas tentang dirimu,
Yang lama ku nanti,
Memikat hatiku,
Jumpamu pertama kali,
Janji yang pernah terucap,
Tuk satukan hati kita,
Namun tak pernah terjadi,

Lupakan aku,
Jangan pernah kau harapkan cinta,
Yang indah dariku,
Lupakan aku,
Kupunya cinta lain yang tak bisa,
Untuk kutinggalkan,

Mungkin suatu saat nanti,
Kau pun akan mengerti,
Bahwa cinta memang tak mesti harus bersama,

Mungkinkah masih ada waktu,
Yang tersisa untukku,
Mungkinkah masih ada cinta di hatimu,
Andaikan saja aku tahu,
Kau tak hadirkan cintamu,
Inginku melepasmu,
Dengan pelukan,

Just try it by yourself.
Believe me it will be awesomeee!!!


-d-

Heroin . . .

Sudah lama juga tidak posting di sini lagi.
Sedang aktif di akun sebelah soalnya :)
Jangan cemburu ya, blogger?
Walau terkadang cemburu itu perlu.
Menandakan kalau kita benar-benar peduli, ya kan?
Menandakan kalau kita nggak ingin kehilangan, tetapi nggak ingin juga menjadi candu.
Ya, candu.
Kata yang identik karena konotasinya negatif.
Kata yang identik dengan keinginan yang membabi buta,
Karena jika keinginan itu tak terpenuhi, sakitnya bahkan seolah menusuk-nusuk sukma.
Rasanya seperti meingiris dengan pelan namun pasti nadi di tanganmu dengan pisau yang baru saja diasah,
Rasanya seperti menghisap ribuan pil tanpa ada penawar sama sekali.
Ya, PERIH. PAHIT. dan MEMATIKAN.
Kira-kira seperti itulah jika sudah menjadikan sesuatu, seseorang, sebagai candu.
Dan ya, aku sedang dirundu hal itu sekarang.
Candu untuk larut dalam canda tawa serta kelakarnya.
Candu untuk limbung karena tatap mata.
Bukan untuknya, bukan untuk siapa.
Tapi untukku.
Karena aku ingin kamu.
Itu saja.

"You seem like a heroin for me. Your face, your smile, even your smell, invites me in."

-d-