Bismillahirrohmanirrohiim

Bismillahirrohmaanirrohiim
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?

Sabtu, 23 Februari 2013

Come back more and more :)

Sudah lama tidak bersua di ranah ini.
Asyik dengan segala rutinitas yang menggeluti hari.
Kaki pun terasa ringan melangkah.
Bersahabat dengan kelam.
Berjabat tangan dengan takdir.
Dan bertahan ketika menyesap segala kepahitan.
Rasanya hanya itu saja penguat hati dikala memaksa untuk bertahan.
Selain berdoa dan berserah diri kepada Raja dari semua Raja, Allah SWT.
Serta melakukan yang terbaik.
Rasanya hidup ini penuh kejutan, bukan?
Setiap hari ada saja bumbu baru yang belum kita ketahui rasanya seperti apa.
Sebagai pengingat kalau rasa manis tidak selamanya berlaku.
Manis memang rasa paling nyaman.
Tapi kalau terlalu banyak dikonsumsi tidak baik juga, kan? :D
Bicara tentang hidup, tak pernah lepas dari satu daging yang ada di dalam diri manusia.
Ya, Hati.
Aku termasuk orang yang paling takut bicara soal hati.
Karena memang hanya aku sendiri yang mengerti.
Mau sejelas apa pun aku berbicara soal isi hati.
Sampai kapanpun tidak akan pernah ada yang paham.
Lalu pada akhirnya apa?
Terluka dan saling menyalahkan.
Maka dari itu.
Lebih baik diam dan tuliskan saja.
Kembali ke topik awal.
Rutinitas.
Tidak ada yang istimewa dari rutinitasku.
Hanya kuliah, mengajar, makan, tidur, kuliah, mengajar, makan, tidur.
Terkadang aku merevisi dan melanjutkan ceritaku.
Terkadang aku juga menari mengikuti gerakan salah satu Girl Band papan atas, SNSD hehe.
Aku belum menemukan waktu yang paling tepat untuk olahraga.
Maka aku jadikan dance ini sebagai penggantinya dan sit up sebelum tidur.
Cukup membawa hasil dari keringat yang tercurah, hehe.
Ya, aku masih menulis.
Apa pun itu, dan sampai kapan pun itu.
Kesalahan terbesar yang pernah aku lakukan adalah berhenti menulis.
Sehingga ada beberapa karyaku yang mati suri.
Hingga pada akhirnya dia datang menguatkanku.
Menimbulkan bagian dalam diri ini yang menginginkan selamanya bisa menulis.
Aku bermimpi bisa berbagi duniaku dengan mimpinya.
Karena dia membuat segala sesuatunya ada.
Dia membuat segala sesuatunya dekat.
Dia membuat aku percaya, bumi hanya sebutir debu di bawah telapak kaki kita.
Sampai kapanpun, aku merasa berhutang budi padanya.
Dia memang bukan inspirasi pertamaku dalam menulis.
Tapi satu hal yang pasti.
Mencintai dia merupakan inspirasi terbesarku.
Dia selalu hidup dalam setiap tulisan-tulisanku.
Dalam hidupku.
Dalam hatiku.
Ya, Dia.
Langitku.
Titaniumku.
Entah sampai kapan aku bertahan dengan cinta yang kupunya ini untuknya.
Tidak ada habisnya, ku rasa.
Mi Cielo, Te quiero . . .
-d-

2 komentar: