Kisah lucu, bikin gemas, inspiratif, dan tentu saja bikin iri antara Beno dan Alexandra di dalam novel Divortiare karya Ika Natassa.
Singkat cerita, Beno adalah seorang Dokter dan Alexandra adalah seorang Banker.
Kehidupan Dokter yang tak pernah lepas dari pasien dan seorang Banker yang sudah harus stand by di kantor pagi-pagi sekali membuat mereka lama kelamaan kurang mempunyai waktu untuk berdua.
Entah itu hanya untuk sekadar makan malam.
Tapi Beno terlalu pintar untuk menunjukkan rasa sayang dan cintanya pada Alexandra.
Gestur pria tersebut tak pernah membuat Alexandra ragu akan dirinya, akan cintanya.
Pernah ada suatu kejadian lucu ketika Beno baru saja pulang dari rumah sakit.
Alex melihat jam dan ternyata sudah pukul satu malam.
"Beno! Kalau kamu pulang jam segini lagi, aku nggak mau tidur di sini!" seru Alexandra dengan ketus tetapi manja.
Dengan santainya Beno duduk di ranjang sambil membuka dasinya.
"Terus, mau tidur di mana?" tanya Beno tanpa dosa.
"Di mana saja, di hotel paling mahal pakai credit card kamu!"
"Oooh, ya sudah. Nanti kabarin aku, aku nyusul." Beno bicara dengan nada lempeng, selempeng jalan tol di malam hari.
Alex langsung memasang tampang kusut. "Kok jawabnya gitu sih? Aku kan ceritanya lagi marah, Ben!"
Beno menghentikan kegiatannya melepas dasi, memandang Alex dengan tatapan yang selalu membuat Alex tak berkutik, dan menyelipkan poni Alex yang terjuntai di dahinya seperti biasa ia lakukan saat Alex membaca buku sebelum tidur.
"Lex, kamu kenapa marah terus sih? Nanti cepat tua lho."
Kali ini suaranya sama sekali tidak lempeng, bahkan selembut kapas. Membuat Alex diam.
"Ya sudah, aku mandi dulu"
Alex pasrah dan hanya bisa . . . "Benooo,,"
Tapi setelah dua tahun, Alex merasa tidak tahan hidup dengan seseorang yang bahkan lebih cinta rumah sakit dibanding rumahnya sendiri.
Puncaknya ketika malam Annivesary mereka.
Alex sudah merelakan ambil cuti untuk memasak makan malam nanti.
Satu-satunya hal yang baru pertama kali ia lakukan.
Tapi nyatanya malam itu Alex berujung tertidur di meja makan menunggu Beno sampai jam dua malam.
Alex hanya bisa tersenyum miris ketika membuka pintu untuk Beno.
"Lex, Lex, Lex, aku bisa jelasin. Sayang, dengarin aku dulu, dong."
"Dengarin apalagi sih, Ben? Sudah dua tahun, Ben. Dua tahun aku rela kamu pulang malem karena aku tahu itu memang pekerjaan dan impian kamu. Tapi kamu pikir aku tetap bisa sabar kalau di malam anniversary kita, kamu lebih memilih pulang telat malam tanpa ngasih kabar? Kamu kira aku nggak capek? Nggak capek nungguin kamu?"
"Lex, aku telat bukan karena aku lupa. Bukan karena aku nggak tahu kamu sudah susah payah masak. Tapi karena aku ada urusan yang lebih penting yang memang harus aku kerjakan, Lex."
Alex tersenyum sinis. "Oh jadi gitu? Semua itu buat kamu lebih penting selain aku? Lebih penting selain pernikahan kita? Diam saja deh, Ben!"
"Nggak, nggak, nggak, aku nggak akan diam kali ini. Aku capek dengarin kamu complain terus tentang pekerjaan aku. Kamu ngertiin aku juga dong, malam ini aku ada pasien penting yang harus aku bedah. Masa aku tinggalin?"
Oke, suara Beno meninggi kali ini. Alex menatapnya dengan amarah, gusar.
"Ini bukan soal malam ini doang. Kamu ngerti nggak sih? Ini soal setiap malam semenjak kita nikah. Aku tuh hampir merasa nggak punya suami tahu nggak, karena kamu nggak pernah pulang lebih dari jam sepuluh malam. Dan kamu, hari libur juga tetep kerja, kan? Aku cuma minta satu malam doang, Ben. Satu malam saja!"
"Kenapa sih, semua harus tentang kamu?!"
"Yaiyalah, Ben! Aku ini istri kamu! Kalau kamu pulang malam, yang kesepian itu aku. Kalau kamu nggak pulang, yang nungguin kamu sampai subuh itu aku. Kalau kamu pergi nggak ngasih kabar, yang khawatir itu aku. Jadi nggak usah tanya kenapa semua ini harus tentang aku!"
Beno menarik tangan Alexandra untuk mendekat padanya.
"Lex, aku minta maaf. Tapi aku nggak bisa apa-apa. Aku akan selalu punya pasien, dan kamu sudah tau itu dari sebelum kita nikah. Sekarang, kamu mau aku ninggalin pasien ku, dan mereka meninggal, cuma gara-gara aku di rumah untuk jadi suami kamu? Ngertiin aku juga dong, Lex, jangan egois."
Alex pergi ke kamar, keluar dengan bantal dan selimut yang dikasihnya dengan kasar ke Beno.
"Aku mau cerai!"
Secercah keterkejutan hinggap di wajah Beno.
"Kamu bercanda?"
"Aku mau cerai, Ben!"
Ya, akhirnya mereka memang bercerai. Setelah sekian lama mereka bertahan, menenggelamkan keegoisan dan segala perasaan juga emosi.
Alex sedih? Jangan ditanya sedihnya kayak apa. Melarikannya pada kesibukan di kantor.
Beno? Dia selalu tahu bagaimana menyembunyikan apa yang dirasa.
And after all this time, lagu Alter Bridge dengan judul In Loving Memory sangat bisa mewakili keadaan mereka :D
Alter Bridge - In Loving Memory
Thanks for all you’ve done
I’ve missed you for so long
I cant believe you’re gone and
You still live in me
I feel you in the wind
You guide me constantly
I never knew what it was to be alone
No, cause you we’re always there for me
You we’re always home waiting
But now I come home and I miss your face so
Smiling down on me
I close my eyes to see
And I know you’re a part of me
And it’s your song that sets me free
I sing it while I feel I cant hold on
I sing tonight cause it comforts me
I carry the things that remind me of you
In loving memory of
the one that was so true
You were as kind as you could be
And even thought your gone
You still mean the world to me
I never knew what it was to be alone
No, cause you we’re always there for me
You we’re always home waiting
But now I come home and it’s not the same
No, it feels empty and along
I just can’t believe your gone
And I know you’re a part of me
And its your song that sets me free
I sing it while I feel I cant hold on
I sing tonight cause it comforts me
I’m glad he set you free from sorrow
but I’ll still love you more tomorrow
And you’ll be here with me still
All you did you did with feeling
And you always found a meaning
And you always will
And you always will
And you always will
And I know you’re a part of me
And it’s your song that sets me free
I sing it while I feel I can’t hold on
I sing tonight cause it comforts me
Itulah, dua insan yang kelanjutan kisahnya ada di Twivortiare karya Ika Natassa juga :D
Kalau aku, aku pribadi memilih bertahan jika berada dalam posisi Alexandra :D
Tapi, pergerakan dan pengambilan keputusan yang jitu dalam berkeluarga memang perlu.
Karena kita punya teman hidup yang menjadi tanggung jawab kita juga.
Tidak ada lagi kamu.
Tidak ada lagi aku.
Yang ada adalah kita.
Yang ada adalah bersama.
Pedihmu, pedihku. Pedihku, pedihmu.
Bahagiamu, bahagiaku. Bahagiaku, bahagiamu.
Tangismu, tangisku. Tangisku, tangismu.
Senyummu, senyumku. Senyumku, senyummu.
Sakitmu, sakitku. Sakitku, sakitmu.
Detak jantungmu, detak jantungku. Detak jantungku, detak jantungmu.
Waktumu, waktuku. Waktuku, waktumu.
Senangmu, senangku. Senangku, senangmu.
Sedihmu, sedihku. Sedihku, sedihmu.
Auramu, auraku. Auraku, auramu.
Hidupmu, hidupku. Hidupku, hidupmu.
Ya, saya memang bukan tipe orang yang tidak memandang remeh sebuah konsep dalam berkeluarga.
Tipe orang pemikir "Nanti bagaimana?" dan bukan "Bagaimana nanti?" hehe.
Saya hanya bisa menyertakan doa di setiap langkah saya dalam segala aspek fana ini :D
Hanya mengharap ridho-Nya semata.
Hingga bisa mengecap manisnya surga.
Aamiin Ya Robbal Alamin :)
-d-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar