Bandung.
Sungguh, sejujurnya tidak ada yang salah dengan kota ini.
Sejuknya menawan hati, rindangnya mendamaikan pikiran, hijaunya pun menyehatkan penglihatan sejauh mata memandang.
Tapi entah kenapa, sudah dua tahun tinggal di kota ini, aku tidak bisa ‘kerasan’ di sini.
Aku memang pernah mengatakan, Bandung is growing on me.
Dan tahu kapan aku mengatakannya?
Sesaat setelah aku pulang dari Jakarta, di mana kondisi apa pun pasti tersembuhkan, terobati, jika sudah dari sana.
Mulai dari kepenatan, kerinduan, kecanduan, bahkan kepekatan.
Jakarta membuat aku menjadi baru saat kembali lagi ke Bandung.
Jadi kondisi dan suasana hati, otak, serta pikiran pun masih netral dan sejernih air.
Lambat laun, aku baru menyadari satu hal.
Bukan Bandung yang salah.
Bukan lingkungan dan sistem kampus yang bermasalah.
Justru pusat dari segala ketidakbetahan ini dibuat oleh diriku sendiri.
Mungkin karena memang aku tidak ingin beradaptasi dan beramah tamah dengan lingkungan di sini.
Dengan kata lain, usahaku belum maksimal untuk membuka hati dengan lingkungan di sini.
Sekarang aku mengerti apa yang sering orang-orang sebut sebagai zona nyaman.
Zona nyamanku adalah Jakarta beserta kepingan-kepingan kenangan dengan orang-orang di dalamnya.
Baik itu orang-orang dari masa lalu, saat ini, atau mungkin masa depan.
Dan seharusnya aku bertahan saat aku mulai keluar dari zona itu untuk menjadi pribadi yang lebih hidup.
Setidaknya dengan begitu, aku bisa melihat kehidupan Jakarta dari luar daerah itu sendiri.
Karena aku akan mengupayakan apa pun, aku akan berusaha sekeras mungkin, untuk tetap kembali ke sana dengan meninggalkan jejak baik dan bersahabat terhadap Bandung.
Aku tahu aku akan menyesal jika tidak memberikan kesempatan bagi Bandung dan isinya untuk sedikit saja menempati hatiku.
Namun, aku sudah mengetahui resikonya, aku siap untuk itu, aku siap untuk menyesal.
Maka, aku membiarkan Bandung sendiri yang perlahan membuka hatiku dan bersedia menyediakan ruang.
Aku masih memiliki kesempatan, dan aku akan berusaha sekeras mungkin menyatukan hatiku dengan kota ini beserta isinya.
Aku tidak akan menyerah, karena aku percaya aku memiliki kepribadian di atas rata-rata sehingga hal tersebut bukanlah hal yang tidak mungkin.
Sehingga Bandung dan Jakarta benar-benar sama hidupnya dalam hatiku.
-d-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar