Kali ini topiknya, selalu dan seperti biasa, topik paling mainstream yang pernah ada di seluruh jagad raya.
Topik yang membuat pembaca maupun penulisnya merasa waktu seolah berhenti sejenak.
Topik yang merupakan penyakit, tetapi lucunya bisa sembuh karena penyebabnya sendiri.
Ya, tak lain dan tak bukan, rindu.
Menurutku, rindu ini negasi dari bosan, dan tidak terpaku dengan pertanyaan “Siapa?”.
Kalau sudah dirundung rindu, aku hanya bisa menarikan jemariku di atas tuts keyboard laptop ini.
Kalau sudah dirundung rindu, aku hanya bisa terpaku menatap potret kami yang lucu dan kembali mengingat momen yang tertangkap lensa itu.
Kalau sudah dirundung rindu, aku hanya bisa terduduk lemas dan menitikkan air mata sebagai penawar rasa sesak dalam dada, tanda kalau aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Kata orang, rindu itu indah.
Kata orang juga, rindu itu menyiksa.
Tapi bagiku, rindu ya rindu.
Bagai sebuah titik, ia tidak terdefinisi.
Rasanya, kalau rindu dideskripsikan dengan kata-kata, hanya akan mengurangi cita rasa keindahannya yang khas.
Sarana menyalurkan rindu paling oke, tak lain dan tak bukan seperti yang sudah diketahui, ya lewat doa.
Karena esensinya begitu luar biasa, bahkan jauh lebih terasa ke hati dari pada sebuah bisikan secara langsung.
Adakalanya, sekali waktu, rindu juga bikin kita melakukan hal aneh-aneh.
Seperti aku, misalnya, meneleponnya dengan menyembunyikan identitas nomor ponselku.
Aku yang sudah bisa menebak apa responnya, hanya bisa tersenyum dan menghela napas.
Ya, dia menolak panggilan teleponnya. Totally predictable, haha.
So, I used a different method.
Aku ambil kartu modemku yang masih aktif tapi sudah lama tidak kugunakan karena paketnya habis, hehe, dan kugunakan untuk meneleponnya.
Nah, kali ini, dia ada reaksi, mengangkat telepon sewajarnya.
Dan aku? Hanya mendekap mulutku agar tidak terdengar suara isak tangisku seraya mendengar suaranya, “Halo? Halo? Ini dengan siapa?”
Kutahan beberapa detik, dan langsung kumatikan dengan perasaan campur aduk.
Itulah salah satu tindakan nekatku, entahlah, saat itu mungkin aku memang lagi tidak berpikir jernih, saat itu mungkin aku benar-benar membutuhkan teman bicara, atau saat itu mungkin aku memang benar-benar merindukannya tanpa syarat.
Intinya, aku bisa berubah jadi sosok gila kalau sudah dirundung rindu akan sosoknya, haha.
Well, it’s just about a story about someone you miss.
Now, I’m just trying to hold on this feeling so I won’t disturb his daily life.
Cheers up! :)
-d-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar