“My name is Denya Putri Aranda. You can call me Deny. Hope I can be a good friend for all of you.”
Deny terus meremas tangannya saat memperkenalkan diri. Maklum, ia tidak terbiasa berbicara di depan kelas dan Deny juga baru satu bulan menjadi murid SMP yang baru saja melewati proses adaptasi.
“Hai!” sapa seseorang di sebelahnya saat ia sudah duduk kembali ke tempatnya.
Deny balas tersenyum pada seorang gadis yang pasti seumur dengannya dengan rambut pendeknya yang unik.
“Aku Sheryl Atalatha. Call me Sheryl.” Ia mengulurkan tangan tanpa sungkan pada Deny.
Dengan senang hati tentu Deny menyambutnya. “Deny.”
“Sekolah di mana?”
“Di SMP 30. Lo?”
“Di SMP 95. Nggak jauh kok, hehe. Temen-temen SD gue lumayan banyak yang masuk SMP 30.”
“Oh ya? Jujur gue baru denger ada SMP 95. Gue di SD jarang gaul, hehe.”
Dan sejak hari pertama Deny les bahasa Inggris, ia mulai sering bertukar pikiran dengan seorang Sheryl Atalatha, yang entah mengapa selalu bisa menyambungkan pikiran Deny dengan pikiran dia sendiri.
***
Waktu berjalan tanpa permisi sama sekali sehingga Deny pun takjub saat tiba untuk tes Oral di tempat les bahasa Inggrisnya. Karena harus berpasangan, tentu saja ia berpasangan dengan Sheryl.
“Den.” Panggil Sheryl saat sedang menunggu giliran untuk tes.
“Ya?”
“Ketua kelas gue mau masuk les bahasa Inggris juga di sini.”
“Oh ya? Bagus dong, makin ramai!”
Sebuah jitakan dari Sheryl membuat Deny meringis dan mengangkat wajah dari bukunya.
“Kenapa, Sheryl?”
“Gue mau lo sama dia.”
“Sama dia? Maksudnya?”
“Jadian gitu.”
Deny langsung tertawa dan menutup mulutnya sehingga suaranya tidak mengganggu yang sedang ujian juga.
“Apaan sih? Oh iya, temen sekelas gue juga nanti ada yang mau masuk ke les ini. Dia sempet cuti, dan mau lanjut lagi katanya.”
Sheryl mengangguk-angguk. Deny jelas sengaja mengalihkan topik. Karena pikirannya sedang tertuju pada ujian. Otaknya tidak dapat dimasuki oleh hal lain. Syukurnya, Sheryl ikut larut dalam buku, tidak membahas hal tadi lagi.
***
“Gimana? Lulus nggak?”
“Lulus dong!” teriak Deny senang via telepon dengan Sheryl.
“Asyik! Oh iya, inget kan ketua kelas yang gue ceritain mau masuk les juga? Dia akan sekelas sama kita nanti. Lo harus lihat.”
“Iyaaa!”
Dan hari itu pun tiba. Saat semuanya sudah masuk kelas dan memang ada beberapa wajah baru bagi Deny. Lalu ada seorang pria yang wajahnya baru juga buat Deny masuk ke ruangan.
“Den, itu ketua kelas gue. Namanya Fadil. Gimana?” bisik Sheryl.
Deny mengalihkan pandangannya dari sosok yang ternyata bernama Fadil itu.
“Oooh, dia orangnya?”
“Iya. Gimana menurut lo?”
“Dingin.” Jawab Deny ala kadarnya.
“Memang. Dia super duper deh dinginnya.”
“Oh iya, inget temen sekelas gue yang mau lanjut les? Dia nggak bisa dateng sekarang. Mungkin Kamis dia baru bisa dateng.”
Lagi-lagi Deny mengalihkan pembicaraan tentang Fadil itu. Karena ia tidak ingin matanya selalu tertuju pada sosok itu.
***
“Sher, kenalin, ini Indah, namanya. Temen sekelas gue.”
“Oooh. Sheryl,”
Seperti dulu, Sheryl mengulurkan tangannya dan memberikan senyum lebarnya pada Indah tanpa ragu yang tentu saja disambut dan dibalas oleh Indah. Senang rasanya langsung dapat mengobrol dan bertukar pikiran dengan mereka.
Saat sudah masuk, seperti biasa Deny selalu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Dan Fadil tidak ada. Sakitkah? Atau kesiangan? Entahlah. Deny langsung mengunci segala pikirannya dan fokus pada pelajaran.
Tapi ternyata, dua minggu sudah Fadil tidak hadir dalam les.
“Fadil ke mana?”
Akhirnya, Deny tidak dapat menahan lagi rasa ingin tahunya.
“Oh, dia sakit. Di rawat.”
Deny langsung diserang rasa kaget. “Kok lo nggak bilang?”
“Kalopun gue bilang, lo mau jenguk dia?”
“Ya enggak juga. Yasudah mana sini nomor hpnya, gue minta.”
“Lo nggak usah pura-pura. Sok jual mahal tapi khawatir. Aneh.”
Deny terus menekuri layar hpnya yang sudah tertera nomor Fadil. Akan dia apakan nomor ini? Batinnya.
“Kita lihat saja nanti.” Kata Deny akhirnya.
Bersambung...
-d-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar