“Apa yang orang bilang realistis, belum tentu sama dengan apa yang kita pikirin. Ujung-ujungnya kita tahu, mana diri kita sebenarnya, mana yang bukan diri kita. Kita juga tahu, apa yang pengin kita jalanin.”
Kata-kata yang paling membuat aku bereaksi dan benar-benar tercenung saat mendengarnya.
Ya, kata-kata Keenan pada Kugy di Perahu Kertas, sosok yang awalnya mencoba untuk bersikap realistis karena tidak percaya bahkan sama mimpinya sendiri, sampai akhirnya memperjuangkan mimpi itu mati-matian karena perkataan Keenan tadi.
Sedangkan aku? Apa sebenarnya impian terbesarku?
Kalau aku boleh jujur, aku ingin menjadi seorang penulis ternama dengan buku-buku aku berada di deretan best seller :)
Aku juga ingin menjadi seorang pendidik, ranah untukku dapat saling berbagi ilmu di bidang apa pun.
Sekali waktu aku pernah juga ingin menjadi seorang penyiar radio.
Dengan alasan yang sangat simpel, bahwa aku sangat ingin mendengar cerita dari banyak pendengar misterius, dan aku akan menjadikan cerita-cerita itu sebagai inspirasiku dalam menulis.
Ya intinya, sejauh apa pun aku berkelana, hal tersebut justru akan membawa aku kembali ke titik permulaan, yaitu menulis.
Tentu mood-ku dalam menulis sangat random, naik dan turun.
Karena jujur aku harus benar-benar menyamankan diriku sendiri untuk menjemput datangnya inspirasi.
Sekali waktu terkadang inspirasi tersebut yang dengan baik hati menghampiriku, memenuhi otak dan pikiranku hingga ingin meledak, dan saat itulah giliranku yang jadi kelabakan karena aku juga masih sulit untuk menguraikannya dalam bentuk permainan diksi.
Inspirasi tanpa diksi, apa jadinya? Bagai sayur tanpa garam.
Diksi tanpa inspirasi, apa gunanya? Bagai seonggok jiwa tak bernyawa.
Lantas, apa aku pernah berada dalam kondisi terpuruk-terpuruknya dalam menulis?
Jelas pernah, saat pertama kali aku mengirim naskah novelku dan langsung ditolak dengan banyak revisi.
Aku benar-benar shock, down, dan bahkan phobia dengan Ms. Words.
Efeknya benar-benar mengerikan, bukan?
Tapi aku kembali bangkit, karena seseorang, layaknya sosok Keenan dalam dunia dan mimpi Kugy.
Dia memang tidak menghiburku dengan kata-kata yang menenangkan, bisa dibilang dia tidak pandai untuk itu.
Tetapi dia membangkitkanku dengan terus menerus menanyakan perkembangan novelku, seolah ia akan membacanya setiap hari bagai asupan gizi untuk dirinya.
Ya, satu-satunya orang yang ada bahkan di saat terpurukku itu.
Membuatku berjanji pada diriku sendiri, aku tidak akan pernah berhenti untuk menulis.
Sejak itulah, sejak vakum cukup lama dari dunia tulis menulis, aku memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, dan jari-jariku mulai menari bebas di atas keyboard itu.
Aku juga mulai mencari info mengenai ajang lomba menulis, aku berpartisipasi mewakili kelasku dalam kompetisi bertema sastra, aku memberanikan dan menawarkan diriku menulis naskah drama tugas akhir Bahasa Indonesia, aku mulai blogwalking dan saling sharing dengan banyak orang, juga banyak hal lainnya.
Aku begitu menggebu-gebu dan begitu hidup hanya karena orang tersebut.
Orang tersebut membuatku percaya, segalanya mungkin, segalanya ada, segalanya terasa benar, jika terkait tentang dia.
Dia membuatku percaya, sama seperti Kugy yang percaya pada Keenan, bahwa bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita.
Sampai kapan pun, aku berhutang budi padanya.
Ya, it’s him.
Tubagus Fadillah Setyabudi Leksana :')
-d-
Bismillahirrohmanirrohiim
Bismillahirrohmaanirrohiim
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
Minggu, 22 Juni 2014
Jumat, 20 Juni 2014
Arti Sebuah Nilai
Semester ini, mata kulih Fungsi Variabel Kompleks dan Seminar Pendidikan Matematika sangat mendominasi sehingga aku memutuskan mereka adalah bintang atau pemeran utama semester enam perkuliahan.
Sistem Geometri dan Pengantar Topologi merupakan mata kuliah yang aku paksa ambil di semester ini, karena targetku yang ingin prematur dari perkuliahan.
Tapi di sini aku perlu mengingatkan bahwa aku paksa ambil bukan berarti karena aku terpaksa ya hehe.
Jadi aku benar-benar, istilahnya, bertaruh di dua mata kuliah tersebut dan dapat dipastikan aku ikhlas lahir batin apa pun hasilnya nanti asalkan aku masih tergolong kriteria mahasiswa yang lulus mata kuliah tersebut.
Mata kuliah lain pun, seperti Kuliah Kerja Nyata, Perencanaan Pembelajaran Matematika dan Seminar Pedidikan Agama Islam, sama-sama memiliki peran dan bobot yang penting dalam menentukan nilai akhir semesterku ini.
Tapi anehnya, aku merasa ada yang salah dengan diriku.
Tidak biasanya aku sesantai ini dalam menunggu, menanti, kehadiran sang nilai untuk setiap mata kuliah di semester ini.
Kebetulan ada mata kuliah yang sudah keluar nilainya, yaitu Sistem Geometri dan Seminar Pendidikan Matematika.
Syukur alhamdulillah, kedua mata kuliah tersebut jauh di atas ekspektasi harapanku.
Semester-semester sebelumnya, mood-ku akan rusak dan hancur jika nilai yang keluar tidak sesuai dengan harapanku, A.
Bahkan saat dapat B pun, aku pernah menangis seharian dan tidak dapat berhenti memikirkannya.
Saat ini, aku justru menertawai sikap kekanakanku itu yang bisa dibilang, istilahnya, tidak pandai bersyukur, hehe.
Tapi entah kenapa sekarang aku sedang dalam kondisi lapang selapang lapangnya untuk menanti nilai-nilai berikutnya, apa pun hasilnya.
Entah tekanan apa yang aku dapatkan dulu sampai-sampai aku seperti tercekik jika nilai yang keluar tidak sesuai harapanku.
Ya, aku tidak mungkir bahwa aku masih mementingkan nilai yang aku dapatkan, walau aku tahu ilmu yang aku dapatkan jauh tak ternilai dan tak terhingga harganya jika aku mampu, tepat, dan benar dalam menyampaikannya.
Aku berprinsip, ilmu dan nilai sama-sama berharga di perkuliahan, jadi aku tidak boleh menyia-nyiakannya.
Maka dari itu, aku selalu tidak santai setiap kali memasuki fase menunggu nilai.
Berbeda dengan saat ini, rasanya hatiku pun selapang jalan tol Cipularang hehe.
Entahlah, mungkin memang seharusnya semakin ke sini aku harus semakin pandai untuk bersyukur.
Bahwa aku masih memiliki kesempatan untuk berbagi ilmu dengan siapa saja, baik itu untuk urusan akhirat atau pun dunia.
Bahwa semester ini dapat terlewati tanpa halangan suatu apa pun.
Atas segala nikmat-Mu Ya Allah Ya Robb, atas segala nikmat Islam dan Iman dari Engkau, hamba benar-benar berterima kasih untuk hidup ini :’)
Aku bahagia :D
-d-
Sistem Geometri dan Pengantar Topologi merupakan mata kuliah yang aku paksa ambil di semester ini, karena targetku yang ingin prematur dari perkuliahan.
Tapi di sini aku perlu mengingatkan bahwa aku paksa ambil bukan berarti karena aku terpaksa ya hehe.
Jadi aku benar-benar, istilahnya, bertaruh di dua mata kuliah tersebut dan dapat dipastikan aku ikhlas lahir batin apa pun hasilnya nanti asalkan aku masih tergolong kriteria mahasiswa yang lulus mata kuliah tersebut.
Mata kuliah lain pun, seperti Kuliah Kerja Nyata, Perencanaan Pembelajaran Matematika dan Seminar Pedidikan Agama Islam, sama-sama memiliki peran dan bobot yang penting dalam menentukan nilai akhir semesterku ini.
Tapi anehnya, aku merasa ada yang salah dengan diriku.
Tidak biasanya aku sesantai ini dalam menunggu, menanti, kehadiran sang nilai untuk setiap mata kuliah di semester ini.
Kebetulan ada mata kuliah yang sudah keluar nilainya, yaitu Sistem Geometri dan Seminar Pendidikan Matematika.
Syukur alhamdulillah, kedua mata kuliah tersebut jauh di atas ekspektasi harapanku.
Semester-semester sebelumnya, mood-ku akan rusak dan hancur jika nilai yang keluar tidak sesuai dengan harapanku, A.
Bahkan saat dapat B pun, aku pernah menangis seharian dan tidak dapat berhenti memikirkannya.
Saat ini, aku justru menertawai sikap kekanakanku itu yang bisa dibilang, istilahnya, tidak pandai bersyukur, hehe.
Tapi entah kenapa sekarang aku sedang dalam kondisi lapang selapang lapangnya untuk menanti nilai-nilai berikutnya, apa pun hasilnya.
Entah tekanan apa yang aku dapatkan dulu sampai-sampai aku seperti tercekik jika nilai yang keluar tidak sesuai harapanku.
Ya, aku tidak mungkir bahwa aku masih mementingkan nilai yang aku dapatkan, walau aku tahu ilmu yang aku dapatkan jauh tak ternilai dan tak terhingga harganya jika aku mampu, tepat, dan benar dalam menyampaikannya.
Aku berprinsip, ilmu dan nilai sama-sama berharga di perkuliahan, jadi aku tidak boleh menyia-nyiakannya.
Maka dari itu, aku selalu tidak santai setiap kali memasuki fase menunggu nilai.
Berbeda dengan saat ini, rasanya hatiku pun selapang jalan tol Cipularang hehe.
Entahlah, mungkin memang seharusnya semakin ke sini aku harus semakin pandai untuk bersyukur.
Bahwa aku masih memiliki kesempatan untuk berbagi ilmu dengan siapa saja, baik itu untuk urusan akhirat atau pun dunia.
Bahwa semester ini dapat terlewati tanpa halangan suatu apa pun.
Atas segala nikmat-Mu Ya Allah Ya Robb, atas segala nikmat Islam dan Iman dari Engkau, hamba benar-benar berterima kasih untuk hidup ini :’)
Aku bahagia :D
-d-
Langganan:
Komentar (Atom)
