Bismillahirrohmanirrohiim

Bismillahirrohmaanirrohiim
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?

Minggu, 22 Juni 2014

Mimpi :)

“Apa yang orang bilang realistis, belum tentu sama dengan apa yang kita pikirin. Ujung-ujungnya kita tahu, mana diri kita sebenarnya, mana yang bukan diri kita. Kita juga tahu, apa yang pengin kita jalanin.”
Kata-kata yang paling membuat aku bereaksi dan benar-benar tercenung saat mendengarnya.
Ya, kata-kata Keenan pada Kugy di Perahu Kertas, sosok yang awalnya mencoba untuk bersikap realistis karena tidak percaya bahkan sama mimpinya sendiri, sampai akhirnya memperjuangkan mimpi itu mati-matian karena perkataan Keenan tadi.
Sedangkan aku? Apa sebenarnya impian terbesarku?
Kalau aku boleh jujur, aku ingin menjadi seorang penulis ternama dengan buku-buku aku berada di deretan best seller :)
Aku juga ingin menjadi seorang pendidik, ranah untukku dapat saling berbagi ilmu di bidang apa pun.
Sekali waktu aku pernah juga ingin menjadi seorang penyiar radio.
Dengan alasan yang sangat simpel, bahwa aku sangat ingin mendengar cerita dari banyak pendengar misterius, dan aku akan menjadikan cerita-cerita itu sebagai inspirasiku dalam menulis.
Ya intinya, sejauh apa pun aku berkelana, hal tersebut justru akan membawa aku kembali ke titik permulaan, yaitu menulis.
Tentu mood-ku dalam menulis sangat random, naik dan turun.
Karena jujur aku harus benar-benar menyamankan diriku sendiri untuk menjemput datangnya inspirasi.
Sekali waktu terkadang inspirasi tersebut yang dengan baik hati menghampiriku, memenuhi otak dan pikiranku hingga ingin meledak, dan saat itulah giliranku yang jadi kelabakan karena aku juga masih sulit untuk menguraikannya dalam bentuk permainan diksi.
Inspirasi tanpa diksi, apa jadinya? Bagai sayur tanpa garam.
Diksi tanpa inspirasi, apa gunanya? Bagai seonggok jiwa tak bernyawa.
Lantas, apa aku pernah berada dalam kondisi terpuruk-terpuruknya dalam menulis?
Jelas pernah, saat pertama kali aku mengirim naskah novelku dan langsung ditolak dengan banyak revisi.
Aku benar-benar shock, down, dan bahkan phobia dengan Ms. Words.
Efeknya benar-benar mengerikan, bukan?
Tapi aku kembali bangkit, karena seseorang, layaknya sosok Keenan dalam dunia dan mimpi Kugy.
Dia memang tidak menghiburku dengan kata-kata yang menenangkan, bisa dibilang dia tidak pandai untuk itu.
Tetapi dia membangkitkanku dengan terus menerus menanyakan perkembangan novelku, seolah ia akan membacanya setiap hari bagai asupan gizi untuk dirinya.
Ya, satu-satunya orang yang ada bahkan di saat terpurukku itu.
Membuatku berjanji pada diriku sendiri, aku tidak akan pernah berhenti untuk menulis.
Sejak itulah, sejak vakum cukup lama dari dunia tulis menulis, aku memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, dan jari-jariku mulai menari bebas di atas keyboard itu.
Aku juga mulai mencari info mengenai ajang lomba menulis, aku berpartisipasi mewakili kelasku dalam kompetisi bertema sastra, aku memberanikan dan menawarkan diriku menulis naskah drama tugas akhir Bahasa Indonesia, aku mulai blogwalking dan saling sharing dengan banyak orang, juga banyak hal lainnya.
Aku begitu menggebu-gebu dan begitu hidup hanya karena orang tersebut.
Orang tersebut membuatku percaya, segalanya mungkin, segalanya ada, segalanya terasa benar, jika terkait tentang dia.
Dia membuatku percaya, sama seperti Kugy yang percaya pada Keenan, bahwa bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita.
Sampai kapan pun, aku berhutang budi padanya.
Ya, it’s him.


Tubagus Fadillah Setyabudi Leksana :')
-d-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar