"Kamu egois, Din."
Mungkin itu adalah salah satu keluhan yang akan terlontar dari orang-orang terdekatku.
Tak tahu diri.
Tak tahu diuntung.
Dan pasti banyak lagi.
Karena dalam satu sisi, aku terbiasa dengan segala penolakkan.
Dan dalam sisi lain, aku benci penolakan.
Namun sampai sekarang aku masih belum menemukan seberapa dominan hal itu pada diriku.
Kepekaan.
Kepedulian.
Itulah yang sedang aku gali.
Yang sedang aku cari.
Dari dalam diri yang hina ini.
Aku terbiasa mengurung diriku dalam jerat yang tak aku biarkan orang lain menjamahnya.
Dan ketika aku dihadapi dan menghadapi keadaan di mana aku harus melepas jerat itu,
Aku limbung.
Aku linglung bagai anak itik kehilangan induknya.
Tak tahu arah.
Buta.
Aku butuh sandaran.
Aku butuh tempat sebagai pelipur segala keluh kesah dan kelemahanku.
Aku butuh penuntun.
Aku butuh alarm, bahkan sirine, agar bunyinya memekakkan telingaku dan menamparku hingga aku sadar kalau aku telah menghunus seseorang karena salah jalan.
Dan aku tahu, itu semua bisa aku raih dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan Al-Hadist.
Tetap mentauhidkan Allah SWT.
Memperbaiki segala amal ibadahku.
Sehingga aku tak merasa sendiri.
Aku tak merasa jatuh.
Aku tak merasa kehilangan arah.
Karena Allah terpatri, terhunus dalam-dalam, di hati, pikiran, jiwa, dan raga ini.
Untuk orang-orang terdekatku.
Mungkin kata maaf tidak akan beguna sama sekali.
Apalagi bagi kalian yang benar-benar sudah tersakiti olehku.
Tapi aku sedang berikhtiar.
Belajar,
Untuk dapat memperbaiki, membenahi, masing-masing dari hati kalian yang telah terkikis oleh segala perkataan dan sikapku.
:')
-d-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar