Hari ini, aku dengan dua orang aneh (red : dini dan mpit) tp sangat aku sayang *ngoook
Sedang melihat video SNSD di notebook ku.
Yasudah, sekalian saja aku kasih liat-liat foto2 waktu SMA, dan si dini tidak mau kalah sepertinya dengan saya yg langsung menunjukkan foto2 jg.
Mau tau apa komentar mereka?
1. Saat melihat foto Dini.
"Tuh kan Teh, Mpit bilang jg apa, Dini tuh cantik tau."
"Hey, km muji orang tp orangnya ada di sini." Protes Dini yg masih aja sok cool padahal dalam hati jejingkrakan.
2. Saat melihat foto aku.
"Ih Teteh, cantik tauuu." Seru Mpit lagi.
"Iya bener. Mukanya juga masih bersih." Kata Dini --> teu sopaaannn -,-
"Apakah hari ini adalah hari di mana kita saling memuji satu sama lain?" Kataku sok puitis yg ngalahin Sayap-sayap Patah nya Kahlil Gibran.
3. Saat melihat foto Mpit.
"Nah, Mpit suka tau foto yg ini, Mpitnya cantik." Kata Mpit, memuji diri sendiri.
Hehehehe maap Mpit, km mah selalu cantik kok #nyilangin telunjuk ke jari tengah ehehe.
Sayangnya kita tidak bisa memuji secara langsung satu sosok lg yg aneh buat saya tp juga sangat saya sayang yaitu Ghanis krn dia mau tau guru besar tuh kalo dikukuhin bagaimana padahal mah tinggal di masak aja kan ya?
Balik ke topik.
Lalu apa hubungannya dengan menyerah pada kemunafikkan?
Komentar2 td diungkapkan secara spontanitas, secara langsung krn refleks dr tulang sumsum belakang sebagai reseptornya #ngomong apa sih din? Hehehehe.
Dan Mpit nyeletuk "Mpit mah bukan tipe orang yg suka ngomong langsung atau berkomentar untuk suatu masalah, Mpit lbh baik simpan sendiri atau bicarakan dgn orang lain yg tidak bersangkutan."
"Iyaaa. Kayak yg aku bilang td, setiap masalah itu ada yg harus diselesaikan dgn dibicarakan dan ada jg yg emang akan selesai dgn sendirinya. Dan untuk masalah yg akan selesai dgn sendirinya, kita emang gabisa berbuat dan berkata apa-apa. Istilahnya, kita menyerah pada kemunafikkan." Jelas Dini panjang lebar.
Subhanallah, sesuatu banget gak sih temen2 aku?
Lalu apa yg aku katakan?
Tidak ada. Aku hanya diam seribu bahasa.
Menggigit lidah sampai berdarah bahkan tanpa aku sadari asinnya.
Tp maaf, saya bukan tong kosong yg nyaring bunyinya.
Saya bukan tipe orang yg masuk telinga kanan keluar dr bawah #ups salah.
Saya diam, tetapi saya berpikir.
Memberikan nilai untuk hipotesis kehidupan yg sudah saya rancang.
Dan tidak lupa menarik kesimpulan.
Apa kesimpulannya?
Bahwa kita harus berhati-hati dalam bersikap dan berkata karena dua hal tersebut dapat memberikan paradigma yg berbeda pada diri setiap manusia. Ingatlah kalau kita hidup di tengah-tengah indahnya kebesaran Allah SWT yg menciptakan pluralisme antara makhluk2 ciptanNya.
Menyerah pada kemunafikkan.
Suatu hal yg kerap terjadi saat kejujuran mulai dipertimbangkan krn perasaan yg mendominasi.
Padahal masing2 dari kita nggak akan pernah ngerti parameter perasaan itu sendiri dan seberapa dominan perasaan tersebut bagi diri kita.
Kuasai perasaan jika kamu ingin menguasai dunia dan akhirat.
Bukan bermaksud ambisius dan menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yg kita mau,
Namun kita sebagai manusia pada hakikatnya memang harus keluar dr zona nyaman, zona yg selalu mempertimbangkan perasaan, untuk melangkah ke depan dan untuk dapat melihat segala peluang yang terpampang luas di hadapan kita.
So, jadilah seseorang yg bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Mengertilah hak dan privasi diri sendiri juga orang lain.
Dengan begitu kamu akan dengan sendirinya peka terhadap perasaan orang lain tanpa harus mementingkan perasaan itu sendiri.
Be strong, be tough.
Tunjukkan pada dunia dan alam sekitar kalau kita adalah makhluk terindah (:
-d-
huaaahhahahahhahahaaasssem ;D
BalasHapusajeegilee eta pissaaaan si dina p.z
Hahahaha makasi makasi.ini tuh tulisan mahakarya loh :p
BalasHapus