Banyak yang menginginkan untuk menjadi berguna bagi orang-orang atau lingkungan sekitarnya.
Tapi, untuk menjadi pribadi yang terintegritas, janganlah terlalu naif dalam menilai pandangan tersebut.
Karena tukang sapu pun sangat berguna bagi orang-orang dan lingkungan sekitarnya.
Dengan kata lain, jika dipandang dari segala aspek, semua pekerjaan atau profesi, apa pun itu,
Akan memberikan kepuasan tersendiri bagi masing-masing individu dan akan sama terhormatnya di mata Alloh SWT jika diiringi dengan sabar dan syukur.
Jadi yang membedakan memang kualitas dari masing-masing manusianya.
Tadi di kelas ada perbincangan mengenai keterpaduan antara etika, estetika, dan moral dalam suatu individu.
Menurutku sendiri, ketiganya memang berkaitan erat satu sama lain ya.
Dari kecil, setiap individu pasti sudah ditanamkan etika dalam bersikap dan bertingkah laku.
Baik itu berlandaskan religi, hukum, budaya, norma, atau nilai.
Seiring dengan berjalanya waktu, dengan sudah mengertinya kita akan fungsi dari etika-etika tersebut, kita mulai tertantang atau merasa dituntut untuk bersikap dengan anggun dan indah.
Itulah yang kita kenal dengan estetika.
Sebagai gambaran, kita tahu menolong orang yang kesusahan merupakan suatu etika yang baik.
Tetapi dengan estetika, kita jadi mengerti bagaimana cara menolong orang yang kesusahan dengan benar, sesuai pada tempatnya, sesuai dengan siapa lawan bicara kita, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, juga dipandang dari sisi lain yang masuk akal atau rasional.
Kemudian moral itu sendiri yang pada akhirnya membatasi segala sikap dan tingkah laku kita.
Titik pusat di mana kita akan memilih apa mau menjadi individu yang terintegrasi, bahasa kasarnya ‘beradab’, atau justru menjadi individu yang dengan segala etika dan keanggunannya justru melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku.
Jadi tiga hal tadi memang sangat berkaitan erat satu sama lain untuk memunculkan suatu kebudayaan dan peradaban di tengah-tengah individu.
Kemudian saat perkuliahan tadi ada salah satu teman bertanya,
Apakah cinta merupakan suatu kebudayaan? Lalu bagaimana dengan pengkhianatan?
Bukannya bermaksud ingin menyaingi para sastrawan dan para pujangga,
Juga sama sekali tidak bermaksud merasa lebih tahu dari pakar-pakar cinta yang sekarang sedang eksis.
Tapi menurutku, cinta itu bukan suatu kebudayaan.
Walau kebudayaan memang muncul dari adanya kebiasaan-kebiasaan,
Dan cinta yang memang muncul karena adanya intensitas waktu bersama tidaklah sedikit.
Coba kalau kita pandang dari sisi bagaimana dua hal tersebut bisa muncul.
Untuk menjadi sebuah kebudayaan, jelas suatu kebiasaan tidak melalui proses yang instan.
Kita tidak bisa memilih kebiasaan secara asal untuk dijadikan sebuah kebudayaan karena hanya akan berujung pada kehancuran.
Walau memang masih terkenal sebagai sesuatu yang subjektif, kebudayaan di sini jelas bukan hanya milik satu individu, tetapi milik sekumpulan individu yang memiliki sudut pandang, tujuan, ide atau gagasan yang sama.
Sedangkan kalau cinta, dia tidak pernah sudi memberi tahu ke mana arah dan tujuannya.
Tidak ada kata lain yang dapat mendeskripsikan selain takdir dan fitrah perihal cinta ini.
Karena menurutku, salah satu alasan mengapa individu memiliki keinginan untuk bertahan adalah cinta.
Cinta pada Sang Pencipta, pada orang tua yang telah membesarkannya, atau bahkan pada lawan jenis yang akan menjadi teman hidup sampai akhir hayatnya.
Dan cinta juga identik dengan sensasinya yang tidak unik dan beragam.
Akan berdampak positif jika cinta yang dimiliki oleh seorang individu sejalan dengan pilihannya.
Tetapi kalau cinta tersebut justru berlawanan dengan apa yang diharapkan?
Seolah hal tersebut bahkan dapat membangunkan monster yang sudah lama tidur dalam diri individu tersebut.
Jadi, cinta dan kebudayaan jelas merupakan hal yang berbeda.
Bagaimana dengan pengkhianatan?
Jelas merupakan hal yang menyakitkan ya.
Hanya keikhlasan obat paling ampuh sebagai penangkalnya.
Tentu hal tersebut bukan hal yang mudah, tetapi bukan juga tidak mungkin :D
Nah, itulah sepenggal pendapat dari jiwa melankolis ini.
Yang tertarik dengan berbagai kebudayaan yang beragam dan berbeda-beda.
Karena perbedaan itulah yang memunculkan peradaban ^^
-d-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar