Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya, aku mengenal dunia tulis menulis saat aku duduk di bangku SMP.
Aku sering menulis puisi dan naskah untuk pentas drama.
Aku mulai mengumpulkan puisi dari para pecinta sastra.
Hingga saat memasuki SMA, aku mulai terketuk untuk menulis berbagai cerita.
Mulai dari cerpen sampai novel.
Dan alasan mengapa aku memutuskan untuk seberani itu menuangkan segala untaian cerita ibarat benang kusut dalam pikiranku yang liar ini?
Aku akan memulai dari ekstrakurikuler yang aku ikuti di SMA, yaitu Paskibra.
Setelah proyek pertama kami, yaitu Upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus, seniorku memberikan tugas untuk angkatanku sebagai calon anggota.
Yaitu membuat buku yang disampul bewarna merah- putih dan membuat surat cinta.
Kami yang perempuan diharuskan mengirim surat ke senior laki-laki dan yang laki-laki diharuskan mengirim surat ke senior perempuan.
Nah, aku tertarik dengan tugas ini karena pada dasarnya aku suka bermain dengan diksi.
Aku mendedikasikan surat cintaku untuk Kak Prinzy yang ternyata menjadi satu-satunya surat untuknya, karena teman-temanku yang lainnya janjian untuk mengirim ke Kak Rheza, Kak Rizha, atau Kak Panca.
Aku sendiri random memilih Kak Prinzy sebagai penerima surat karena aku suka dengan namanya yang unik.
Saat pelantikan, aku pun dipilih menjadi satu-satunya junior yang membacakan surat itu di hadapannya.
Tanganku gemetar, tentu saja.
Surat yang aku buat dan aku jadikan sebagai sarana untuk menyalurkan hobi pun mulai dianggap serius isinya.
Setelah pelantikan, hubungan angkatanku dengan angkatan Kak Prinzy pun mulai dingin, layaknya junior-senior yang belakangan aku tahu adanya pembagian karakter sesuai dengan tugas kepengurusan di Paskibra.
Aku merasa masih banyak yang mengganjal, maka aku mulai menulis kata per kata untuk melunaskan segala rasa penasaranku pada Kak Prinzy dan angkatannya.
Sampai akhirnya, jadilah novel pertamaku berjudul A Guardian Angel.
Cerita tentang Paskibra, Angkatan 21-ku, senior Angkatan 20-ku.
Kak Prinzy memang inspirasi pertamaku untuk mulai berani menulis cerita.
Tetapi hari-hariku bersama angkatan 21-ku adalah sumber inspirasi terbesar dan memberikan cahaya hangat layaknya matahari dalam warna kehidupanku.
Ini hanyalah sebuah cerita tentang inspirasi.
Yang sampai saat ini masih membuatku menggantungkan mimpi itu.
Yang sampai kini dan selamanya akan membuatku semakin jatuh cinta dengan sastra.
-d-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar