Bismillahirrohmanirrohiim

Bismillahirrohmaanirrohiim
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?

Jumat, 28 Februari 2014

Sebuah Kriteria :)

Sekali waktu Mama pernah lihat foto di bawah ini jadi wallpaper di ponselku.



Dan sesaat Mama berkata, “Terobsesi banget kamu sama dia,”
Aku hanya tertawa miris.
"Mama, kalau aku terobsesi sama dia, nanti mamanya dia ngamuk."
Mama ikut tertawa dan meninggalkan kamarku.
Dan sejenak aku berpikir, sambil menekuri layar ponsel, menatap fotoku bersamanya.
Silaturahmi kami begitu dekat, sangat dekat sehingga apa yang keluarga kami inginkan adalah memperluasnya.
Jelas sekali maksud mereka dengan memperluas silaturahmi ini dengan cara seperti apa.
Kami harus menikah dengan orang di luar silaturahmi ini.
Saat aku memasang foto kami di BBM pun, seseorang langsung mengirim pesan,
"Din, kalau lihat mukanya dia adem ya :D Laki-laki sholeh banget,"
Aku hanya tersenyum dan membalas,
"Iya gitu, Mba? Hehe. Aku pun jadiin dia kriteria minimal calon suami aku."
"Semoga ya Din,"
Ya memang begitulah pandangan orang-orang tentang dia, Alhamdulillah.
Jika ditanya kriteria dan dipaksa menjawabnya,
Aku pun akan mengakui aku ingin mempunyai pasangan hidup seperti dia.
Penuh semangat, selalu menomorsatukan orang tua, dan tentu cinta Alloh SWT dan Rasululloh SAW :)
Tapi, ikatan silaturahmi di antara kami sangat tidak memungkinkan walau “bukan muhrim” terpampang jelas di anatara kami.
Lagipula, dia sudah mempunyai calon yang sangat rupawan.
Dan bisa dipastikan aku dengan calon kakak ku itu bisa berkomunikasi dengan sangat baik, hehe.
Aku iri dengan semangat hidupnya untuk meraih akhirat juga dunianya,
Dan agar tidak menimbulkan spekulasi lagi,
Aku mencintai dia dengan amat sangat.
Tetapi rasa cinta ini bukan rasa seorang wanita kepada pria.
Rasa cinta ini murni seperti rasa cinta seorang adik pada kakaknya.
Rasa cinta ini murni sebagai bentuk penghormatanku padanya.
Lagipula, cinta yang ada di hatiku sudah pasti,
Dengan pria sama sejak delapan tahun lalu itu.
Yang jelas, untuk pria yang sejak delapan tahun bersemayam dalam relung hati terdalamku,
Aku hanya bisa menyebut namanya dalam setiap doa-doaku,
Hanya bisa menyampaikan rasa cintaku pada Sang Pencinta,
Hanya bisa menyampaikan rinduku lewat rintik hujan atau hembusan angin,
Dan hanya bisa bersikap seolah tidak merasakan apa-apa jika di hadapannya.
Sampai kapan?
Biar Alloh SWT yang menjawabnya :)
-d-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar