Bismillahirrohmanirrohiim

Bismillahirrohmaanirrohiim
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?

Jumat, 28 Februari 2014

An Afternoon in Bandung.


Orang yang sama seperti postingan sebelumnya.
Namanya Muhammad Firdaus, anaknya kakak Ibuku yang kedua dari tiga bersaudara.
Satu dari 18 sepupu yang aku miliki.
Iya, keluargaku merupakan sebuah keluarga besar dan Alhamdulillah selalu memegang teguh untuk berkomunikasi atau berhubungan dengan baik satu sama lain.
Jadi walaupun aku tidak memiliki kakak atau adik kandung, aku merasa tetap utuh untuk menjadi seorang kakak atau adik bagi sepupu-sepupuku.
Kenapa sekarang aku ingin membahas tentang Abangku yang satu ini?
Karena kebetulan beberapa bulan lalu ia mengunjungiku ke Bandung dan kami memiliki waktu berdua untuk menikmati siang dan hampir senja kota ini.
Sejak dulu, prestasi dia yang aku jadikan acuan dan motivasi untukku meraih mimpi.
Aku tahu dia sangat mengenalku, mengerti latar belakang dan sifatku.
Mengingat dia sama sekali tidak melewatkan pertumbuhan dan perkembanganku sedikit pun tanpa cela.
Aku jadi suka tersenyum sendiri mengingat beberapa kejadian unik antara kami.
Dulu sewaktu kecil, liburan sekolah, kami dan sepupu yang lain sekali waktu suka bermalam dari satu rumah ke rumah yang lain.
Aku yang terbilang masih sangat kecil, kelas 4 SD, keras kepala dan ingin tidur satu kamar dengan sepupu-sepupuku lainnya, termasuk dia.
Tetapi karena ulahku itu, dia justru tidak mendapatkan tempat untuk tidur.
Dan apa yang dia lakukan, kalian bisa menebak?
Dia menungguku tertidur dan membopongku dengan sangat lembut dan hati-hati ke kamar tanteku.
Aku tahu kejadian ini karena aku terbangun tetapi bertahan dengan pejaman mataku.
Sampai di kamar tante, dia menyelimutiku dan aku benar-benar tidak bisa tidur setelah dia tak terlihat lagi di balik pintu.
Itulah kejadian yang paling melekat di memoriku sampai saat ini.
Kemudian, saat aku kelas tiga SMA, waktunya tepat ketika hari raya Idul Adha.
Aku sedang berleha-leha di kamar, kemudian dia masuk ke kamarku, mengambil buku les dan buku cetak Fisika-ku, lalu digojlok habislah aku dengan pelajaran itu olehnya.
Aku hanya bisa geleng-geleng kepala setelahnya.
Bahkan pernah di hari Sabtu atau Minggu, jam enam pagi, aku dipanggil karena ada yang meneleponku.
Seseorang meneleponku ke rumah? Siapa? Ada apa? Pikirku sambil terhuyung mengangkat telepon.
Dan ternyata, yang menelepon adalah Abangku itu untuk membahas soal Fisika via telepon sampai tuntas yang baru semalam aku tanyakan.
Totalitasnya membuatku ternganga dan menjadikanku semakin respect padanya, terlepas dari perbedaan usia kami yang terpaut lima tahun.
Mulai masuk kuliah, dia sering mengajakku sharing tentang hal-hal yang tidak pernah ia bicarakan denganku sebelumnya.
Seperti pekerjaan, perkuliahan, keluarga kami, masa depan, bahkan kehidupan.
Ini yang membuatku merasa istimewa, seolah pandangannya terhadapku telah berubah.
Walau aku tidak tahu apa di matanya aku sudah dewasa, tetapi setidaknya dia memperlakukan aku sebagai seorang gadis, bukan sebagai anak kecil yang sering dia gendong dulu.
Sudah sepantasnya aku bersyukur karena dikaruniai seorang Ibu dan sebuah keluarga besar yang luar biasa hebatnya.
Seolah kasih sayang mereka terhadapku benar-benar begitu terasa ada dan nyata.
Inilah yang sekarang sedang aku pikirkan dan akan terus aku laksanakan.
Untuk menjadi sosok yang bisa bersyukur baik dalam keadaan suka maupun duka.
Anyway, makasih untuk kunjungannya ya, Bang Daus :)

-d-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar