Lagi-lagi, aku ingin menulis tentang menulis.
Aneh ya terdengarnya? Hehe.
Bagiku, menulis bukanlah pilihan, melainkan sebuah kepastian.
Di saat aku bosan, bukan berarti aku langsung memilih menulis sebagai penghilang penat.
Dan di tengah-tengah kesibukan, kalau aku ingin menulis karena diserang inspirasi bertubi-tubi, ya aku pasti menulis tanpa ada keraguan sama sekali, tak peduli dengan kesibukanku.
Mungkin banyak orang-orang terdekatku yang bertanya-tanya.
Kenapa sampai saat ini belum ada satu pun karyaku yang terbit?
Istilahnya, berhasil menerbitkan sebuah karya adalah realisasi nyata dari karya tersebut, kan?
Namanya juga manusia, se-introvert apa pun, pasti ada keinginan untuk ‘memamerkan’ hasil buah pikirannya berupa karya baik itu tulisan, musik, gambar, dan hal lainnya.
Aku pun seperti itu.
Dan memang hanya orang tertentu saja yang aku biarkan membaca tulisanku.
Pertama, sumber inspirasi terbesarku, Tubagus Fadillah Setyabudi Leksana.
Bagiku, sosoknya yang memancing imajinasiku bergerak liar entah ke sudut mana dalam semesta ini.
Itu dia di mataku, entah bagaimana dia di mata dirinya sendiri terhadapku, entah bagaimana aku di matanya.
Analoginya gini, (ini mungkin sedikit lebai ya, heuheu), ikan itu pasti butuh air, kan?
Nah, dia bagai air bagi inspirasiku.
Kedua, mentor yang juga tak kalah hebatnya dari J.K Rowling, hehe, Kak Astika Lestyani.
Kakak di Paskibra, angkatan 18, sedangkan aku angkatan 21.
Entah bagaimana awalnya aku lupa, aku stalk twitter-nya dan aku baca blog-nya.
Blog-nya berhasil membuat waktuku berhenti bergerak, membeku.
Blog-nya berhasil membuat debar jantungku berdetak lebih cepat dari kecepatan cahaya.
Ya, entahlah, aku menemukan diriku hanyut dalam setiap kata yang diurainya.
Aku mendapati diriku terlena seraya menjelma menjadi setiap frasa yang dideskripsikannya.
Membuat nyaliku ciut sekaligus kagum diwaktu yang bersamaan.
Aku pun memberanikan diri mention akun twitternya dan kami mulai berkomunikasi dari situ.
Sampai akhirnya beliau jarang lagi menulis dan sekarang sudah berkeluarga :D
Intinya aku akan tetap menanti tulisan-tulisannya.
Jadi, aku hanya berani menunjukkan setiap tulisanku pada dua orang itu.
Tetapi sekarang, setelah mulai kerja, mungkin aku ingin menjadi sosok yang lebih fleksibel dan tidak ragu lagi untuk ‘memamerkan’ tulisanku yang pasti akan menunjukkan betapa anehnya aku ini, heuheu.
Lantas, kenapa tidak mencoba mengirim naskah ke penerbit?
Sudah kucoba.
Naskah pertama berjudul A Guardian Angel.
Aku mengirim naskah ini ke dua penerbit dan dua-duanya menolak, haha.
Penerbit pertama mengembalikan naskah dengan memberikan poin-poin mana saja yang harus aku perbaiki.
Penerbit kedua mengembalikan naskah dengan kata-kata lugas, tegas, dan menusuk.
“Maaf, kami menolak karya Anda karena kami nilai tidak bagus.”
Naskah kedua berjudul Simfoni Melayu.
Kalau naskah ini memang hanya aku ikut sertakan untuk lomba tanpa mengharap apa-apa (serius ini mah serius) dan aku kerjakan dengan sangat terburu-buru.
Aku hanya serius di tahap awal saja, saat menggali informasi mengenai kebudayaan melayu.
Padahal tema tulisannya adalah Wanita, hahahahahahahaha.
Mungkin karyaku kurang ‘Wanita’, atau kurang ‘Melayu’, heuheu.
Itulah dua alasan kenapa sampai saat ini karyaku belum terbit, sedangkan orang-orang sekitar tahu betul aku sering sekali dan sangat suka menulis.
Pertama karena aku memang malu menunjukkannya pada orang-orang sehingga aku tidak mendapat banyak masukan, sedangkan aku orang yang background pendidikanya bukan bahasa, sastra, jurnalis, atau semacamnya.
Kedua karena memang di mata para profesional, karyaku belum layak terbit.
Sesuka-sukanya aku pada menulis, pasti akan tetap kalah dari profesional yang ahli, bukan?
Mereka, walau tidak mau pun, muak sekali pun, pasti mengerti tata bahasa dan tulisan yang benar sesuai aturan, pasti paham bagaimana membuat keharmonisan dan keselarasan dalam menyatu-padukan kata per kata.
Ya intinya mereka tahu ilmunya berseni dengan diksi.
Terus, kalau aku suka menulis, kenapa tidak benar-benar mendalami ilmunya saja dengan mengambil jurusan bahasa dan sastra saat kuliah?
Well, bisa dibilang, aku ini sosok Kugy di Perahu Kertas yang tidak percaya dengan mimpinya sendiri, yang menganggap menulis itu bukanlah sebuah hal yang realistis.
Hidup di Jakarta memang cuma butuh hal-hal realistis sih, ya kan? Hehe.
Seandainya ada sosok Keenan pun dalam hidup aku, ya paling sang sumber inspirasi terbesarku itu.
Dan kami tidak berada dalam suatu hubungan yang dapat membuat kami menjadi alasan untuk mempertahankan mimpi masing-masing, setidaknya begitulah di matanya.
Namanya mimpi, nanti juga bangun.
Dan ujung-ujungnya?
Bersikap realistis lagi.
Nggak semua dongeng bisa happy ending, apalagi realitas.
Maka aku memutuskan masuk IPA di SMA, mengambil kuliah jurusan Pendidikan Matematika, dan kerja jadi guru.
Aku tidak pernah mengeluh mengenai persoalan 'salah ambil jurusan', atau pun menyesal akan hal itu.
Pelarianku adalah dengan menjadi ambisius di setiap mata kuliah, karena bagiku dengan mendapat A, aku merasa teryakini bahwa aku mampu dan pantas untuk bertahan.
Ya bagiku nilai ini adalah bukti otentik, baik buat diriku sendiri maupun orang lain.
Kalau dapat B atau C, apalagi D?
Wah, dapat B saja aku sudah stress mati-matian.
Coba baca postingan aku sebelumnya yang berjudul Arti Sebuah Nilai, hehe.
Loh, kok jadi panjang banget ya dari menulis ke nilai? Heuheu.
Anehnya, aku menemukan diriku suka berinteraksi dengan banyak murid.
Aku merasa banyak kupu-kupu berterbangan dalam perutku setiap kali berada dalam lingkungan sekolah.
Haha lebai banget lagi ya?
Aku memang begini.
Awkward, freak, nerd, coward, and ... pathetic.
Jadi, menulis atau mengajar, Din?
Yah, pembaca saja yang menyimpulkan.
Kalau kata Ungu dan Rossa sih, “Karena sekali cintaaa, aku tetap cintaaa...”
Because art is funny. When you think so hard, nothing comes out.
-d-
Bismillahirrohmanirrohiim
Bismillahirrohmaanirrohiim
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
Minggu, 27 Desember 2015
Rabu, 11 November 2015
Untitled
Aku sangat takut kehilanganmu.
Maka, aku memelukmu.
Sihir apa di dunia ini yang bisa membuatmu selalu dalam pelukanku?
Untuk terlahir di dunia ini dan datang ke hidupku, membiarkan aku mengenalmu dan terlena oleh senyum mahalmu, Terima Kasih :)
-d-
Maka, aku memelukmu.
Sihir apa di dunia ini yang bisa membuatmu selalu dalam pelukanku?
Untuk terlahir di dunia ini dan datang ke hidupku, membiarkan aku mengenalmu dan terlena oleh senyum mahalmu, Terima Kasih :)
-d-
Label:
No words (;
Minggu, 01 November 2015
RINDU :)
Kali ini topiknya, selalu dan seperti biasa, topik paling mainstream yang pernah ada di seluruh jagad raya.
Topik yang membuat pembaca maupun penulisnya merasa waktu seolah berhenti sejenak.
Topik yang merupakan penyakit, tetapi lucunya bisa sembuh karena penyebabnya sendiri.
Ya, tak lain dan tak bukan, rindu.
Menurutku, rindu ini negasi dari bosan, dan tidak terpaku dengan pertanyaan “Siapa?”.
Kalau sudah dirundung rindu, aku hanya bisa menarikan jemariku di atas tuts keyboard laptop ini.
Kalau sudah dirundung rindu, aku hanya bisa terpaku menatap potret kami yang lucu dan kembali mengingat momen yang tertangkap lensa itu.
Kalau sudah dirundung rindu, aku hanya bisa terduduk lemas dan menitikkan air mata sebagai penawar rasa sesak dalam dada, tanda kalau aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Kata orang, rindu itu indah.
Kata orang juga, rindu itu menyiksa.
Tapi bagiku, rindu ya rindu.
Bagai sebuah titik, ia tidak terdefinisi.
Rasanya, kalau rindu dideskripsikan dengan kata-kata, hanya akan mengurangi cita rasa keindahannya yang khas.
Sarana menyalurkan rindu paling oke, tak lain dan tak bukan seperti yang sudah diketahui, ya lewat doa.
Karena esensinya begitu luar biasa, bahkan jauh lebih terasa ke hati dari pada sebuah bisikan secara langsung.
Adakalanya, sekali waktu, rindu juga bikin kita melakukan hal aneh-aneh.
Seperti aku, misalnya, meneleponnya dengan menyembunyikan identitas nomor ponselku.
Aku yang sudah bisa menebak apa responnya, hanya bisa tersenyum dan menghela napas.
Ya, dia menolak panggilan teleponnya. Totally predictable, haha.
So, I used a different method.
Aku ambil kartu modemku yang masih aktif tapi sudah lama tidak kugunakan karena paketnya habis, hehe, dan kugunakan untuk meneleponnya.
Nah, kali ini, dia ada reaksi, mengangkat telepon sewajarnya.
Dan aku? Hanya mendekap mulutku agar tidak terdengar suara isak tangisku seraya mendengar suaranya, “Halo? Halo? Ini dengan siapa?”
Kutahan beberapa detik, dan langsung kumatikan dengan perasaan campur aduk.
Itulah salah satu tindakan nekatku, entahlah, saat itu mungkin aku memang lagi tidak berpikir jernih, saat itu mungkin aku benar-benar membutuhkan teman bicara, atau saat itu mungkin aku memang benar-benar merindukannya tanpa syarat.
Intinya, aku bisa berubah jadi sosok gila kalau sudah dirundung rindu akan sosoknya, haha.
Well, it’s just about a story about someone you miss.
Now, I’m just trying to hold on this feeling so I won’t disturb his daily life.
Cheers up! :)
-d-
Topik yang membuat pembaca maupun penulisnya merasa waktu seolah berhenti sejenak.
Topik yang merupakan penyakit, tetapi lucunya bisa sembuh karena penyebabnya sendiri.
Ya, tak lain dan tak bukan, rindu.
Menurutku, rindu ini negasi dari bosan, dan tidak terpaku dengan pertanyaan “Siapa?”.
Kalau sudah dirundung rindu, aku hanya bisa menarikan jemariku di atas tuts keyboard laptop ini.
Kalau sudah dirundung rindu, aku hanya bisa terpaku menatap potret kami yang lucu dan kembali mengingat momen yang tertangkap lensa itu.
Kalau sudah dirundung rindu, aku hanya bisa terduduk lemas dan menitikkan air mata sebagai penawar rasa sesak dalam dada, tanda kalau aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Kata orang, rindu itu indah.
Kata orang juga, rindu itu menyiksa.
Tapi bagiku, rindu ya rindu.
Bagai sebuah titik, ia tidak terdefinisi.
Rasanya, kalau rindu dideskripsikan dengan kata-kata, hanya akan mengurangi cita rasa keindahannya yang khas.
Sarana menyalurkan rindu paling oke, tak lain dan tak bukan seperti yang sudah diketahui, ya lewat doa.
Karena esensinya begitu luar biasa, bahkan jauh lebih terasa ke hati dari pada sebuah bisikan secara langsung.
Adakalanya, sekali waktu, rindu juga bikin kita melakukan hal aneh-aneh.
Seperti aku, misalnya, meneleponnya dengan menyembunyikan identitas nomor ponselku.
Aku yang sudah bisa menebak apa responnya, hanya bisa tersenyum dan menghela napas.
Ya, dia menolak panggilan teleponnya. Totally predictable, haha.
So, I used a different method.
Aku ambil kartu modemku yang masih aktif tapi sudah lama tidak kugunakan karena paketnya habis, hehe, dan kugunakan untuk meneleponnya.
Nah, kali ini, dia ada reaksi, mengangkat telepon sewajarnya.
Dan aku? Hanya mendekap mulutku agar tidak terdengar suara isak tangisku seraya mendengar suaranya, “Halo? Halo? Ini dengan siapa?”
Kutahan beberapa detik, dan langsung kumatikan dengan perasaan campur aduk.
Itulah salah satu tindakan nekatku, entahlah, saat itu mungkin aku memang lagi tidak berpikir jernih, saat itu mungkin aku benar-benar membutuhkan teman bicara, atau saat itu mungkin aku memang benar-benar merindukannya tanpa syarat.
Intinya, aku bisa berubah jadi sosok gila kalau sudah dirundung rindu akan sosoknya, haha.
Well, it’s just about a story about someone you miss.
Now, I’m just trying to hold on this feeling so I won’t disturb his daily life.
Cheers up! :)
-d-
Kamis, 29 Oktober 2015
Apalagi yang Kau Cari?
Apalagi yang kau cari?
Cinta untukmu berlimpah tak ada tandingnya.
Apalagi yang kau cari?
Sehat membuatmu kuat tak ada duanya.
Apalagi yang kau cari?
Waktu memang tidak sudi berhenti menunggu, tetapi dirimu punya banyak kesempatan untuk melewatinya menari di tengah hujan dan menikmati tiap tetesan anugerah dari langit.
Lantas, apalagi yang kau cari?
Jati diri yang mendewasakanmu seolah tidak ingin mendekat, namun ia mendampingimu tegar untuk bertahan dan terbang di atas badai.
Jadi, apalagi yang kau cari?
Kamu terlahir di dunia dengan segala kefanaannya yang penuh dengan ilusi sehingga identik dengan mimpi. Namun tidakkah kau sadar? Tanpa kefanaan, tanpa ilusi apalagi mimpi, tidak akan ada eksistensi peradaban yang menjadikan hidupmu tidak seperti garis proyeksi yang kaku, datar, dan menawarkan kehampaan.
Sekali lagi, apalagi yang kau cari?
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
-d-
Cinta untukmu berlimpah tak ada tandingnya.
Apalagi yang kau cari?
Sehat membuatmu kuat tak ada duanya.
Apalagi yang kau cari?
Waktu memang tidak sudi berhenti menunggu, tetapi dirimu punya banyak kesempatan untuk melewatinya menari di tengah hujan dan menikmati tiap tetesan anugerah dari langit.
Lantas, apalagi yang kau cari?
Jati diri yang mendewasakanmu seolah tidak ingin mendekat, namun ia mendampingimu tegar untuk bertahan dan terbang di atas badai.
Jadi, apalagi yang kau cari?
Kamu terlahir di dunia dengan segala kefanaannya yang penuh dengan ilusi sehingga identik dengan mimpi. Namun tidakkah kau sadar? Tanpa kefanaan, tanpa ilusi apalagi mimpi, tidak akan ada eksistensi peradaban yang menjadikan hidupmu tidak seperti garis proyeksi yang kaku, datar, dan menawarkan kehampaan.
Sekali lagi, apalagi yang kau cari?
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
-d-
Minggu, 18 Oktober 2015
I, My Life is a Beauty ...
Somebody help me,
Somebody hel me yea yea,
Somebody help me,
Jadi ceritanya nulis postingan ini sambil dengerin lagu CN Blue yang Cinderella, hehe.
Well, hari ini topiknya pekerjaan.
Ya, aku sudah bekerja di salah satu lembaga bimbingan belajar di Jakarta.
Alasan aku memilih pekerjaan ini dibanding mengajar di sekolah, karena accident.
Jadi di suatu hari aku berkomunikasi dengan temanku yang katanya sudah berkeliling mencari pekerjaan setelah dinyatakan lulus sidang, sedangkan aku masih berleha-leha di kamar sambil nonton drama Mask dan menikmati MV barunya Girls Generation yang berjudul Party haha.
Nah karena itu, aku jadi mulai berpikir untuk cepat-cepat cari pekerjaan sehingga bisa menghasilkan uang sendiri dengan halal.
Dapatlah aku iklan di salah satu media bahwa lembaga bimbingan belajar ini membutuhkan pengajar Matematika.
Subuh aku mengirim lamaran, jam sembilan pihak lembaga langsung meneleponku dan menyuruhku untuk tes tulis dan wawancara.
Setelah melewati beberapa tes, pendiklatan, dan berbagai persyaratan lainnya, akhirnya resmilah aku menjadi salah satu guru kontrak di lembaga bimbingan belajar tersebut.
Tentu aku sangat bersyukur dan senang bisa mendapat pekerjaan secepat itu dalam jangan waktu belum ada sebulan aku lulus sidang.
Sampai akhirnya, aku mendapat kabar bahwa temanku diterima di salah satu sekolah swasta dengan honor yang lebih menggiurkan, wakwaw.
Jadi aku sempat down saat itu.
Ya, bagi kalian yang baca postingan ini mungkin sudah bisa menyimpulkan bahwa aku mudah sekali tersentil oleh hal-hal kecil seperti ini.
Saat down kala itu, aku mulai membandingkan pekerjaanku dengan pekerjaan temanku di sekolah, dari segi honor, jam kerja, dan tentu saja pressureyang ada.
Banyak pertimbangan-pertimbangan yang bermunculan di kepalaku, mulai dari mencari pekerjaan baru dan keluar dari lembaga bimbingan belajar tersebut padahal belum satu bulan aku bekerja, atau tetap bertahan di sana dengan mencari pekerjaan sampingan lain yang bisa aku lakukan di pagi harinya karena tentu saja jam kerja di bimbingan belajar adalah siang sampai malam hari, menyesuaikan waktu siswa pulang sekolah.
Sampai beberapa waktu lalu pemikiran tersebut pun masih ada.
Bahkan ada guru di sana menyarankan agar aku mencari pekerjaan yang lebih baik, karena bekerja di lembaga tersebut benar-benar bekerja under pressure.
Sampai suatu hari aku menyadari bahwa Ibuku sudah tidak muda lagi, tidak sepantasnya mengurus rumah seorang diri.
Maka dari situ aku mendapat sebuah keteguhan hati, bahwa setidaknya dengan bekerja di siang hari, aku bisa meringankan beban Ibuku dengan membantunya mengurus rumah.
Kalau aku kerja di pagi hari, aku tidak terbayangkan bagaimana kondisi rumah tanpa asisten rumah tangga, dan aku mana tega membiarkan Ibuku yang mengurus semuanya.
Itu kisah tentang bagaimana akhirnya aku menjalani pekerjaanku.
Nah, sekarang aku akan bercerita tentang beberapa muridku.
Tentu saja kepribadian mereka sangat beragam.
Pertama, ada yang menggemaskan (minta banget untuk dijadiin adik atau anak, hehe).
Kedua, ada yang ambisius (datang paling cepet untuk konsultasi pelajaran yang dia nggak ngerti, di kelas bener-bener merhatiin dan terkadang nggak suka kalau ada yang ganggu, pulang paling malam untuk konsul lagi pulang les, bahkan ada yang datang walau itu bukan hari lesnya demi konsul!)
Ketiga, ada yang ogah-ogahan untuk belajar karena kurangnya motivasi belajar mereka. Kerjaan mereka di kelas, bikin rusuh, ngehasud temennya yang mau belajar biar ngobrol.
Keempat, ada yang kurang ajar bener-bener. Contoh, dia nanya PR yang dia nggak bisa walau udah nyoba, datanglah dia nemuin aku. Dia bilang, “Kak, ini bagaimana sih caranya? Kok aku gak bisa ya? Tolong lah Kak.” Oke aku ladenin, aku layanin. TAPI PAS AKU TERANGIN, BUKANNYA DENGERIN, MALAH MAIN GAME, KAN MINTA DITABOKKK!
Kelima, ada yang dikelas belajarnya ogah-ogahan, kerjaannya main HP aja, tapi paling getol minta konsul, padahal yang dia tanya udah dijelasin di kelas. Udah gitu, sekali nanya soal nggak tanggung-tanggung, minta dijelasin semua dari nomor satu sampe akhir tanpa dia mau nyoba. KAN NGESELIN, MINTA DIJAMBAKKK!
Keenam, ada yang baik, rajin di kelas, nah anak-anak kayak gini baru yang paling enak dilayanin kalau minta konsul. Ya kan? Hehe.
Ketujuh, ada yang dateng ke lembaga karena disuruh orang tua aja. Jadi di bimbel kerjaannya hedon. Dikit-dikit delivery McD, dikit-dikit pesen Pizza Hut pakai gojek, dan macem-macem lagi pokoknya.
Kedelapan, ada yang dateng karena butuh temen curhat, jadi bentar-bentar minta konsul eh ujung-ujungnya curcol sama kakak-kakak pengajar. Nah, kalau gini juga asyik. Istilahnya, cuma di sini ranah aku bisa berbagi pengalaman. Yah, mungkin karena aku emang suka dengerin orang cerita kali ya? Hehe. Kayaknya aku sekarang bisa mendeklarasikan bahwa aku adalah wanita dengan kepribadian di atas rata-rata yang mau dengar wkwk.
Pokoknya, aku sudah terlanjur sayang sama mereka dengan kepribadian mereka yang macam-macam itu.
Pikiran menakutkan bahwa mereka tidak menyukai aku kadang suka muncul.
Tetapi kenapa juga harus dipermasalahkan?
Toh aku manusia biasa yang tidak sempurna, yang pasti punya kekurangan yang mungkin mereka tidak suka.
Pokoknya, dengan adanya murid-murid, terlepas dari segala under pressure yang kasat mata oleh mereka, aku jadi yakin akan satu hal yang membuatku begitu bersyukur tiada henti.
Kalau kata Tae Yeon Girls Generation sih, “My life is a beauty,”
Yah, itulah sekilas curhatan dari seorang pengajar dengan jiwa melankolis paling bahagia hehe.
Masih ada hari esok yang merupakan sebuah kejutan bagi setiap insan, salah satu alasan bagiku untuk melakukan yang terbaik setiap harinya.
FIGHTING! Because everybody loves you, Din.
-d-
Somebody hel me yea yea,
Somebody help me,
Jadi ceritanya nulis postingan ini sambil dengerin lagu CN Blue yang Cinderella, hehe.
Well, hari ini topiknya pekerjaan.
Ya, aku sudah bekerja di salah satu lembaga bimbingan belajar di Jakarta.
Alasan aku memilih pekerjaan ini dibanding mengajar di sekolah, karena accident.
Jadi di suatu hari aku berkomunikasi dengan temanku yang katanya sudah berkeliling mencari pekerjaan setelah dinyatakan lulus sidang, sedangkan aku masih berleha-leha di kamar sambil nonton drama Mask dan menikmati MV barunya Girls Generation yang berjudul Party haha.
Nah karena itu, aku jadi mulai berpikir untuk cepat-cepat cari pekerjaan sehingga bisa menghasilkan uang sendiri dengan halal.
Dapatlah aku iklan di salah satu media bahwa lembaga bimbingan belajar ini membutuhkan pengajar Matematika.
Subuh aku mengirim lamaran, jam sembilan pihak lembaga langsung meneleponku dan menyuruhku untuk tes tulis dan wawancara.
Setelah melewati beberapa tes, pendiklatan, dan berbagai persyaratan lainnya, akhirnya resmilah aku menjadi salah satu guru kontrak di lembaga bimbingan belajar tersebut.
Tentu aku sangat bersyukur dan senang bisa mendapat pekerjaan secepat itu dalam jangan waktu belum ada sebulan aku lulus sidang.
Sampai akhirnya, aku mendapat kabar bahwa temanku diterima di salah satu sekolah swasta dengan honor yang lebih menggiurkan, wakwaw.
Jadi aku sempat down saat itu.
Ya, bagi kalian yang baca postingan ini mungkin sudah bisa menyimpulkan bahwa aku mudah sekali tersentil oleh hal-hal kecil seperti ini.
Saat down kala itu, aku mulai membandingkan pekerjaanku dengan pekerjaan temanku di sekolah, dari segi honor, jam kerja, dan tentu saja pressureyang ada.
Banyak pertimbangan-pertimbangan yang bermunculan di kepalaku, mulai dari mencari pekerjaan baru dan keluar dari lembaga bimbingan belajar tersebut padahal belum satu bulan aku bekerja, atau tetap bertahan di sana dengan mencari pekerjaan sampingan lain yang bisa aku lakukan di pagi harinya karena tentu saja jam kerja di bimbingan belajar adalah siang sampai malam hari, menyesuaikan waktu siswa pulang sekolah.
Sampai beberapa waktu lalu pemikiran tersebut pun masih ada.
Bahkan ada guru di sana menyarankan agar aku mencari pekerjaan yang lebih baik, karena bekerja di lembaga tersebut benar-benar bekerja under pressure.
Sampai suatu hari aku menyadari bahwa Ibuku sudah tidak muda lagi, tidak sepantasnya mengurus rumah seorang diri.
Maka dari situ aku mendapat sebuah keteguhan hati, bahwa setidaknya dengan bekerja di siang hari, aku bisa meringankan beban Ibuku dengan membantunya mengurus rumah.
Kalau aku kerja di pagi hari, aku tidak terbayangkan bagaimana kondisi rumah tanpa asisten rumah tangga, dan aku mana tega membiarkan Ibuku yang mengurus semuanya.
Itu kisah tentang bagaimana akhirnya aku menjalani pekerjaanku.
Nah, sekarang aku akan bercerita tentang beberapa muridku.
Tentu saja kepribadian mereka sangat beragam.
Pertama, ada yang menggemaskan (minta banget untuk dijadiin adik atau anak, hehe).
Kedua, ada yang ambisius (datang paling cepet untuk konsultasi pelajaran yang dia nggak ngerti, di kelas bener-bener merhatiin dan terkadang nggak suka kalau ada yang ganggu, pulang paling malam untuk konsul lagi pulang les, bahkan ada yang datang walau itu bukan hari lesnya demi konsul!)
Ketiga, ada yang ogah-ogahan untuk belajar karena kurangnya motivasi belajar mereka. Kerjaan mereka di kelas, bikin rusuh, ngehasud temennya yang mau belajar biar ngobrol.
Keempat, ada yang kurang ajar bener-bener. Contoh, dia nanya PR yang dia nggak bisa walau udah nyoba, datanglah dia nemuin aku. Dia bilang, “Kak, ini bagaimana sih caranya? Kok aku gak bisa ya? Tolong lah Kak.” Oke aku ladenin, aku layanin. TAPI PAS AKU TERANGIN, BUKANNYA DENGERIN, MALAH MAIN GAME, KAN MINTA DITABOKKK!
Kelima, ada yang dikelas belajarnya ogah-ogahan, kerjaannya main HP aja, tapi paling getol minta konsul, padahal yang dia tanya udah dijelasin di kelas. Udah gitu, sekali nanya soal nggak tanggung-tanggung, minta dijelasin semua dari nomor satu sampe akhir tanpa dia mau nyoba. KAN NGESELIN, MINTA DIJAMBAKKK!
Keenam, ada yang baik, rajin di kelas, nah anak-anak kayak gini baru yang paling enak dilayanin kalau minta konsul. Ya kan? Hehe.
Ketujuh, ada yang dateng ke lembaga karena disuruh orang tua aja. Jadi di bimbel kerjaannya hedon. Dikit-dikit delivery McD, dikit-dikit pesen Pizza Hut pakai gojek, dan macem-macem lagi pokoknya.
Kedelapan, ada yang dateng karena butuh temen curhat, jadi bentar-bentar minta konsul eh ujung-ujungnya curcol sama kakak-kakak pengajar. Nah, kalau gini juga asyik. Istilahnya, cuma di sini ranah aku bisa berbagi pengalaman. Yah, mungkin karena aku emang suka dengerin orang cerita kali ya? Hehe. Kayaknya aku sekarang bisa mendeklarasikan bahwa aku adalah wanita dengan kepribadian di atas rata-rata yang mau dengar wkwk.
Pokoknya, aku sudah terlanjur sayang sama mereka dengan kepribadian mereka yang macam-macam itu.
Pikiran menakutkan bahwa mereka tidak menyukai aku kadang suka muncul.
Tetapi kenapa juga harus dipermasalahkan?
Toh aku manusia biasa yang tidak sempurna, yang pasti punya kekurangan yang mungkin mereka tidak suka.
Pokoknya, dengan adanya murid-murid, terlepas dari segala under pressure yang kasat mata oleh mereka, aku jadi yakin akan satu hal yang membuatku begitu bersyukur tiada henti.
Kalau kata Tae Yeon Girls Generation sih, “My life is a beauty,”
Yah, itulah sekilas curhatan dari seorang pengajar dengan jiwa melankolis paling bahagia hehe.
Masih ada hari esok yang merupakan sebuah kejutan bagi setiap insan, salah satu alasan bagiku untuk melakukan yang terbaik setiap harinya.
FIGHTING! Because everybody loves you, Din.
-d-
Rabu, 20 Mei 2015
Asrama
Dear, blogger.
Tahu sekarang aku lagi di mana?
Lagi di Asrama Putri UPI.
Tempat paling cozy seantero UPI.
Kalau sudah di sini, bikin gak mau pulang ke kosan.
Pertama, karena di sini ramai.
Kedua, karena yang meramaikan adalah teman-temanku sendiri, hehe.
Ya, teman-teman yang biasa aku ceritakan.
Yang dari Kepulauan Riau.
Bisa dibilang setengah dari kehidupan kuliahku, aku habiskan di asrama.
Apalagi dulu kami suka naik ke atapnya setiap kali selesai ujian untuk melepas penat, hehe.
Sekali waktu aku berbincang dengan salah satu sahabatku, Fitri.
Dia bilang, kalau orang melayu, teman-teman kami itu, punya pesona yang bisa bikin siapapun yang sudah mengenal mereka nggak bisa lepas.
Dan aku langsung menyetujuinya.
Karena aku berpendapat mereka memang bisa membuat orang yang sudah mengenal mereka begitu nyaman.
Mereka sangat easy going dan pandai bersikap seolah tanpa beban.
Saat aku menceritakan percakapan kami pada salah seorang teman melayuku itu, dia langsung tertawa dan punya pemikiran lain.
Kalau menurut dia dengan sudut pandang orang melayu, dia berkata kira-kira seperti ini,
"Kami tu pandai berbual, Din. Makanya orang-orang bisa langsung pada nyambung sama kami."
Aku merespon, "Ah, iya ya?"
Karena memang benar adanya, setelah aku pikir-pikir, hehe.
Yap, hanya itu yang ingin aku ceritakan buat hari ini :D
-d-
Tahu sekarang aku lagi di mana?
Lagi di Asrama Putri UPI.
Tempat paling cozy seantero UPI.
Kalau sudah di sini, bikin gak mau pulang ke kosan.
Pertama, karena di sini ramai.
Kedua, karena yang meramaikan adalah teman-temanku sendiri, hehe.
Ya, teman-teman yang biasa aku ceritakan.
Yang dari Kepulauan Riau.
Bisa dibilang setengah dari kehidupan kuliahku, aku habiskan di asrama.
Apalagi dulu kami suka naik ke atapnya setiap kali selesai ujian untuk melepas penat, hehe.
Sekali waktu aku berbincang dengan salah satu sahabatku, Fitri.
Dia bilang, kalau orang melayu, teman-teman kami itu, punya pesona yang bisa bikin siapapun yang sudah mengenal mereka nggak bisa lepas.
Dan aku langsung menyetujuinya.
Karena aku berpendapat mereka memang bisa membuat orang yang sudah mengenal mereka begitu nyaman.
Mereka sangat easy going dan pandai bersikap seolah tanpa beban.
Saat aku menceritakan percakapan kami pada salah seorang teman melayuku itu, dia langsung tertawa dan punya pemikiran lain.
Kalau menurut dia dengan sudut pandang orang melayu, dia berkata kira-kira seperti ini,
"Kami tu pandai berbual, Din. Makanya orang-orang bisa langsung pada nyambung sama kami."
Aku merespon, "Ah, iya ya?"
Karena memang benar adanya, setelah aku pikir-pikir, hehe.
Yap, hanya itu yang ingin aku ceritakan buat hari ini :D
-d-
Senin, 18 Mei 2015
Izinkan Aku Menyayangimu :')
Andai kau ijinkan
Walau sekejap memandang
Kubuktikan padamu
Aku memiliki rasa
Cinta yang ku pendam
Tak sempat aku nyatakan
Karena kau telah memilih
Menutup pintu hatimu
Ijinkan aku membuktikan
Inilah kesungguhan rasa
Ijinkan aku menyayangimu
Sayangku,
Dengarkanlah isi hatiku
Cintaku,
Dengarkanlah isi hatiku
Bila cinta tak menyatukan kita
Bila kita tak mungkin bersama
Ijinkan aku tetap menyayangimu
Aku sayang padamu
Ijinkan aku membuktikan
Dedicated to : dia yang masih dirahasiakan Allah sebagai hadiah terindah, hehe :D
Walau sekejap memandang
Kubuktikan padamu
Aku memiliki rasa
Cinta yang ku pendam
Tak sempat aku nyatakan
Karena kau telah memilih
Menutup pintu hatimu
Ijinkan aku membuktikan
Inilah kesungguhan rasa
Ijinkan aku menyayangimu
Sayangku,
Dengarkanlah isi hatiku
Cintaku,
Dengarkanlah isi hatiku
Bila cinta tak menyatukan kita
Bila kita tak mungkin bersama
Ijinkan aku tetap menyayangimu
Aku sayang padamu
Ijinkan aku membuktikan
Dedicated to : dia yang masih dirahasiakan Allah sebagai hadiah terindah, hehe :D
Selasa, 12 Mei 2015
Reset
*ambil satu langkah mundur* "Dengarkan baik-baik. Aku tidak sama seperti aku saat masih kecil. Kita dewasa dengan cepat sekarang dan banyak yang telah berubah. Tidak ada lagi yang bisa kamu lakukan untukku."
*ambil satu langkah maju* "Jika hatimu mengambil satu langkah mundur, maka hatiku akan mengambil satu langkah maju. Tidak apa. Kita dewasa dengan cepat sekarang dan banyak yang telah berubah. Jadi apa? Memangnya kenapa?"
Aku pernah bilang padanya, "We have already grown up, ya, Gus?"
"Maksudnya?"
"Ya gapapa. Aku merasa kita sudah dewasa saja."
Memang betul.
Perkenalanku dengannya dimulai dari saat umur kita 12 tahun.
Sekarang? Umur kami sama-sama 22 tahun.
10 tahun berlalu dan memang banyak yang telah berubah.
Apa yang telah kami lalui, apa yang telah menghampiri kami, semua terlewati hingga detik ini.
Mengingatkanku betapa ajaib hidup ini, membuatku bahagia karena dia telah lahir di dunia dan ada di antara milyaran manusia, sampai-sampai aku bisa dengan radarku menemukannya.
*loh kok perahu kertas banget?* hehe.
Daaan, ke mana kisah kami akan berlanjut?
Aku hanya bisa pasrah.
Seperti perahu kertas yang entah mengalir ke mana :D
Yang penting silaturahmi kami harus selalu tetap terjaga :D
-d-
*ambil satu langkah maju* "Jika hatimu mengambil satu langkah mundur, maka hatiku akan mengambil satu langkah maju. Tidak apa. Kita dewasa dengan cepat sekarang dan banyak yang telah berubah. Jadi apa? Memangnya kenapa?"
Aku pernah bilang padanya, "We have already grown up, ya, Gus?"
"Maksudnya?"
"Ya gapapa. Aku merasa kita sudah dewasa saja."
Memang betul.
Perkenalanku dengannya dimulai dari saat umur kita 12 tahun.
Sekarang? Umur kami sama-sama 22 tahun.
10 tahun berlalu dan memang banyak yang telah berubah.
Apa yang telah kami lalui, apa yang telah menghampiri kami, semua terlewati hingga detik ini.
Mengingatkanku betapa ajaib hidup ini, membuatku bahagia karena dia telah lahir di dunia dan ada di antara milyaran manusia, sampai-sampai aku bisa dengan radarku menemukannya.
*loh kok perahu kertas banget?* hehe.
Daaan, ke mana kisah kami akan berlanjut?
Aku hanya bisa pasrah.
Seperti perahu kertas yang entah mengalir ke mana :D
Yang penting silaturahmi kami harus selalu tetap terjaga :D
-d-
Dear, blogger
Dear, blogger.
Hari ini aku akan membawakanmu kisah mengenai hatiku.
Seperti layaknya setiap hati mengharap bahagia, hatiku pun seperti itu, hehe.
Tapi nggak semua cerita tentang hati pasti berurusan dengan cinta, kan?
Kamu tahu, blogger?
Aku suka banget sama suasana sekolah.
Sampai-sampai aku berharap akan kembali ke tempat itu.
Tentu saja aku tidak mungkin mengulang masa-masa saat aku duduk di bangku sekolah dulu.
Aku akan kembali menjadi seorang pendidik di sana, seorang guru.
Guru yang memahami semua yang siswa katakan, bahkan yang tidak terungkap.
Guru yang mengetahui apakah mereka berbohong atau tidak, hal semacam itulah pokoknya, hehe.
Tapi seperti yang sudah aku perlajari dan amati, seorang guru pasti akan terikat dengan sistem.
Baik itu sistem sekolah, sistem pendidikan di Indonesia sendiri, dan sistem lainnya.
Lucunya, ketika kita keluar dari suatu sistem, sistem lainnya akan muncul dan mau tak mau kita akan kembali memasuki sebuah sistem baru lagi, dan terus seperti itu bagai sebuah siklus.
Dalam hidup kita memang tak pernah akan lepas dari aturan sih, hehe.
Kalau tidak ada aturan, nanti kita jadi barbar :D
Oh iya, aku semakin ingin cepat lulus dan berkecimpung di dunia pendidikan karena drama School 2015 yang aku nobatkan sebagai the best drama versi Dina setelah The Moon That Embraces The Sun, Innocent Man, My Lovely Girl, Fated to Love You, dan Healer.
Tenang saja, kalau sudah selesai pasti di review kok seperti yang lainnya.
Sekarang masih on going dramanya :D
Yap, inilah kisah mengenai perjalanan hatiku, blogger :D
-d-
Hari ini aku akan membawakanmu kisah mengenai hatiku.
Seperti layaknya setiap hati mengharap bahagia, hatiku pun seperti itu, hehe.
Tapi nggak semua cerita tentang hati pasti berurusan dengan cinta, kan?
Kamu tahu, blogger?
Aku suka banget sama suasana sekolah.
Sampai-sampai aku berharap akan kembali ke tempat itu.
Tentu saja aku tidak mungkin mengulang masa-masa saat aku duduk di bangku sekolah dulu.
Aku akan kembali menjadi seorang pendidik di sana, seorang guru.
Guru yang memahami semua yang siswa katakan, bahkan yang tidak terungkap.
Guru yang mengetahui apakah mereka berbohong atau tidak, hal semacam itulah pokoknya, hehe.
Tapi seperti yang sudah aku perlajari dan amati, seorang guru pasti akan terikat dengan sistem.
Baik itu sistem sekolah, sistem pendidikan di Indonesia sendiri, dan sistem lainnya.
Lucunya, ketika kita keluar dari suatu sistem, sistem lainnya akan muncul dan mau tak mau kita akan kembali memasuki sebuah sistem baru lagi, dan terus seperti itu bagai sebuah siklus.
Dalam hidup kita memang tak pernah akan lepas dari aturan sih, hehe.
Kalau tidak ada aturan, nanti kita jadi barbar :D
Oh iya, aku semakin ingin cepat lulus dan berkecimpung di dunia pendidikan karena drama School 2015 yang aku nobatkan sebagai the best drama versi Dina setelah The Moon That Embraces The Sun, Innocent Man, My Lovely Girl, Fated to Love You, dan Healer.
Tenang saja, kalau sudah selesai pasti di review kok seperti yang lainnya.
Sekarang masih on going dramanya :D
Yap, inilah kisah mengenai perjalanan hatiku, blogger :D
-d-
My Lovely Girl
Awalnya, yang membuatku sangat tertarik dengan drama My Lovely Girl karena pemainnya.
Rain dan Krystal, atau nama koreanya adalah Jung Ji Hoon dan Jung Soo Jung.
Kita lihat yaaa ;)
Jung Ji Hoon (25 Juni 1982)
Jung Soo Jung (24 Oktober 1994)
Di poster dramanya, kedua orang ini terlihat sangat imut dengan gitar hadir di tengah-tengah mereka.
Aku jadi mulai menebak-nebak peran apa, bagaimana alur ceritanya, yang akan dimainkan mereka.
Oke, aku mulai saja ceritanya ya?
Kisah ini berawal dari Lee Hyeon Wook (Jung Ji Hoon), seorang pencipta lagu, yang berpacaran dengan Yoon So Eun, juga seorang musisi indi.
Sampai suatu hari, Hyeon Wook mendapat skandal beriringan dengan rilisnya lagu ciptaannya.
Tetapi justru karena skandal itu, lagu tersebut jadi laku.
Yoon So Eun dan Lee Hyeon Wook terlibat pertengkaran hebat saat mereka sedang dalam perjalanan menemui Ayah Hyeon Wook yang sangat membenci So Eun.
Dan saat itu terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa So Eun.
Tiga tahun Hyeon Wook mengasingkan diri dengan penghasilan dari lagunya yang sudah laku terjual.
Suatu malam, ponsel So Eun yang masih berfungsi berdering.
Hyeon Wook tidak tahu siapa sang penelepon karena layarnya sudah retak.
Saat diangkat, terdengar suara parau yang menyejukkan.
“Kakak, ini aku. Aku datang ke sungai Han. Di sini banyak sekali orang pacaran, pesta keluarga. Ramai sekali. Tapi aku malah sendirian.”
Dari situ, Lee Hyeon Wook langsung pergi ke Seoul, mencari bantuan untuk menemukan Yoon Se Na (Jung Soo Jung), yang notabene adalah adiknya Yoon So Eun.
Pertemuan mereka sungguh tidak terduga.
Hal yang dicari-cari oleh Hyeon Wook, ternyata sedang berdiri tegap di hadapannya.
Sejak itu, Lee Hyeon Wook berubah menjadi pria yang selalu ada untuk Yoon Se Na.
Mendukung impian Yoon Se Na, menciptakan lagu seperti dirinya, mulai dari bantuan materi, fasilitas, bahkan mendatangkan inspirasi bagi Yoon Se Na.
Dan ya, kebersamaan mereka membuat keduanya jatuh cinta, terutama Yoon Se Na.
Saat Hyeon Wook sadar tidak seharusnya ia memiliki perasaan untuk Yoon Se Na, gadis itu justru semakin gigih merenggut cintanya.
Lee Hyeon Wook pun tidak tahan dan meyakinkan diri kalau dia juga berhak untuk bahagia dan memulai hidup baru dengan Yoon Se Na.
Yang tidak Hyeon Wook pikirkan adalah saat Yoon Se Na tahu kalau dirinya adalah mantan pacar Yoon So Eun, kakak kandungnya.
Bagaimana reaksi Yoon Se Na? Bagaimana kelanjutan kisah cinta dengan perbedaan umur 12 tahun ini?
Yuk mari ditonton saja dramanya, hanya 16 episode.
Yang menjadi nilai lebih dari drama ini di mataku, ceritanya dikemas dengan sangat simpel, bisa diikuti oleh semua kalangan, tetapi ada pelajaran yang bisa diambil dari setiap kisah yang bergulir, terutama pelajaran mengenai berjuang hidup dan kerja keras.
So, what are you waiting for? :D
-d-
Rain dan Krystal, atau nama koreanya adalah Jung Ji Hoon dan Jung Soo Jung.
Kita lihat yaaa ;)
Jung Ji Hoon (25 Juni 1982)
Jung Soo Jung (24 Oktober 1994)
Di poster dramanya, kedua orang ini terlihat sangat imut dengan gitar hadir di tengah-tengah mereka.
Aku jadi mulai menebak-nebak peran apa, bagaimana alur ceritanya, yang akan dimainkan mereka.
Oke, aku mulai saja ceritanya ya?
Kisah ini berawal dari Lee Hyeon Wook (Jung Ji Hoon), seorang pencipta lagu, yang berpacaran dengan Yoon So Eun, juga seorang musisi indi.
Sampai suatu hari, Hyeon Wook mendapat skandal beriringan dengan rilisnya lagu ciptaannya.
Tetapi justru karena skandal itu, lagu tersebut jadi laku.
Yoon So Eun dan Lee Hyeon Wook terlibat pertengkaran hebat saat mereka sedang dalam perjalanan menemui Ayah Hyeon Wook yang sangat membenci So Eun.
Dan saat itu terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa So Eun.
Tiga tahun Hyeon Wook mengasingkan diri dengan penghasilan dari lagunya yang sudah laku terjual.
Suatu malam, ponsel So Eun yang masih berfungsi berdering.
Hyeon Wook tidak tahu siapa sang penelepon karena layarnya sudah retak.
Saat diangkat, terdengar suara parau yang menyejukkan.
“Kakak, ini aku. Aku datang ke sungai Han. Di sini banyak sekali orang pacaran, pesta keluarga. Ramai sekali. Tapi aku malah sendirian.”
Dari situ, Lee Hyeon Wook langsung pergi ke Seoul, mencari bantuan untuk menemukan Yoon Se Na (Jung Soo Jung), yang notabene adalah adiknya Yoon So Eun.
Pertemuan mereka sungguh tidak terduga.
Hal yang dicari-cari oleh Hyeon Wook, ternyata sedang berdiri tegap di hadapannya.
Sejak itu, Lee Hyeon Wook berubah menjadi pria yang selalu ada untuk Yoon Se Na.
Mendukung impian Yoon Se Na, menciptakan lagu seperti dirinya, mulai dari bantuan materi, fasilitas, bahkan mendatangkan inspirasi bagi Yoon Se Na.
Dan ya, kebersamaan mereka membuat keduanya jatuh cinta, terutama Yoon Se Na.
Saat Hyeon Wook sadar tidak seharusnya ia memiliki perasaan untuk Yoon Se Na, gadis itu justru semakin gigih merenggut cintanya.
Lee Hyeon Wook pun tidak tahan dan meyakinkan diri kalau dia juga berhak untuk bahagia dan memulai hidup baru dengan Yoon Se Na.
Yang tidak Hyeon Wook pikirkan adalah saat Yoon Se Na tahu kalau dirinya adalah mantan pacar Yoon So Eun, kakak kandungnya.
Bagaimana reaksi Yoon Se Na? Bagaimana kelanjutan kisah cinta dengan perbedaan umur 12 tahun ini?
Yuk mari ditonton saja dramanya, hanya 16 episode.
Yang menjadi nilai lebih dari drama ini di mataku, ceritanya dikemas dengan sangat simpel, bisa diikuti oleh semua kalangan, tetapi ada pelajaran yang bisa diambil dari setiap kisah yang bergulir, terutama pelajaran mengenai berjuang hidup dan kerja keras.
So, what are you waiting for? :D
-d-
Label:
Dina Best Drama
Selasa, 05 Mei 2015
Innocent Man
Perkenalkan dulu yaaa para pemainnya.
Ada Song Joong Ki sebagai Kang Ma Roo.
Ada Moon Chae Won sebagai Seo Eun Gi.
Berbeda dengan The Moon that Embraces The Sun yang berlatar kerajaan, kalau Innocent Man di sini berlatar perusahaan.
Aku orang yang suka menebak-nebak, misalnya apa yang akan terjadi pada scene berikutnya, atau hal apa yang akan diucapkan si lawan bicara, dan biasanya tebakanku tak pernah meleset.
Yang menarik dari drama ini, tebakanku selalu meleset.
Itulah sebabnya kenapa drama ini menjadi the second best drama versi aku, hehe.
Singkat cerita, Kang Ma Roo (Song Joong Ki) adalah seorang mahasiswa kedokteran yang sangat mencintai pacar-lima-tahun-lebih-tuanya, Han Jae Hee (Park Se Yeon).
Han Jae Hee adalah seorang reporter yang suka meliput kasus, termasuk kasus perusahaan Taesan Grup yang menjebaknya dalam kasus pembunuhan.
Kang Ma Roo akhirnya rela menggantikan Han Jae Hee sebagai tersangka, ia rela melepaskan perkuliahan kedokterannya.
Sebagai balasan, Han Jae Hee dinikahi oleh direktur Taesan Grup yang memiliki putri bernama Seo Eun Gi (Moon Chae Won).
Keluar dari penjara, Kang Ma Roo menjadi sosok yang barbar, berubah dari sosok yang lembut penuh cinta dan kasih sayang menjadi sosok yang keras.
Pertemuan Seo Eun Gi dan Kang Ma Roo terjadi di pesawat dari Jepang menuju Korea.
Seo Eun Gi yang mengidap penyakit paru-paru jatuh pingsan di pelukan Kang Ma Roo yang notabene adalah mantan mahasiswa kedokteran.
Karena tidak ada dokter di pesawat, maka Kang Ma Roo yang mengambil tindakan.
Saat itulah Kang Ma Roo mengetahui bahwa Han Jae Hee sudah menikah, mengkhianatinya setelah segala pengorbanan yang telah dia lakukan untuk wanita itu.
Pertemuan kedua Kang Ma Roo dengan Seo Eun Gi, saat mereka kebut-kebutan motor.
Unik memang karena hobi Seo Eun Gi kalau lagi stres adalah mengendarai motor dengan kecepatan tinggi sambil membawa boneka barbie pemberian mendiang ibunya.
Di sana Seo Eun Gi hampir masuk ke jurang, dan Kang Ma Roo menolongnya.
Setelah pertemuan itu, Seo Eun Gi menemui Kang Ma Roo.
Saat itu Kang Ma Roo menyadari bahwa karakter Seo Eun Gi sangat khas, sangat tidak biasa dan tidak seperti wanita kebanyakan, cenderung kasar dan sama seperti dirinya, keras.
Di saat yang sama pun Seo Eun Gi semakin tertarik untuk mengenal Kang Ma Roo lebih jauh, bahkan dia bilang ke ayahnya kalau Kang Ma Roo adalah kekasihnya.
Kang Ma Roo mulai banyak membantu Seo Eun Gi dalam banyak hal, termasuk saat Seo Eun Gi mendapat masalah besar karena resort kesayangannya di Jepang akan dijual untuk proyek baru perusahaan.
Kang Ma Roo ikut turun tangan untuk membantu Seo Eun Gi mencari jalan keluar.
Seo Eun Gi mulai tergugah hatinya atas segala kebaikan Kang Ma Roo.
Yang tidak Seo Eun Gi tahu, Kang Ma Roo melakukan itu semua murni karena Han Jae Hee, murni untuk menentang segala perbuatannya yang berniat menjatuhkan Seo Eun Gi.
Kang Ma Roo memanfaatkan Seo Eun Gi untuk menentang Han Jae Hee.
Itu pada awalnya, hingga saat Seo Eun Gi mengungkapkan perasaannya pada Kang Ma Roo dengan sangat tulus, Kang Ma Roo mulai merasa dia tidak dapat kehilangan wanita ini.
Segalanya berjalan lancar sampai akhirnya Seo Eun Gi tahu bahwa Kang Ma Roo adalah mantan pacar ibu tirinya.
Ditambah dengan berita meninggalnya ayahnya, Seo Eun Gi jadi hilang kendali.
Ia benar-benar frustasi, marah, tidak tahu apa yang harus dilakukannya atas segala pengkhianatan dari ketulusannya, Seo Eun Gi mengalami kecelakaan mobil dan dinyatakan hilang.
Satu tahun berselang, Kang Ma Roo menemukan sosok Seo Eun Gi yang terlihat linglung sedang mencari dirinya.
Jelas Kang Ma Roo terkejut karena Seo Eun Gi tidak mengenali dirinya.
Ya, Seo Eun Gi kehilangan ingatan, mengalami kerusakan pada otak dan syarafnya.
Membuatnya menjadi seperti anak kecil, tidak dapat membedakan mana yang benar mana yang salah, mana yang baik mana yang jahat, membuat dirinya dalam situasi yang berbahaya.
Maka dari itu Kang Ma Roo menjaganya dari apa pun dan siapa pun, termasuk Han Jae Hee yang ingin mengambil alih perusahaan karena seharusnya diwariskan pada Seo Eun Gi.
Dengan bantuan Kang Ma Roo, Seo Eun Gi berpura-pura menjadi gadis normal dan sehat.
Ia menjalankan tugasnya di perusahaan dengan Kang Ma Roo di belakangnya.
Di satu sisi, Kang Ma Roo ingin Seo Eun Gi cepat menemukan kembali ingatannya.
Di sisi lain, ia takut kalau Seo Eun Gi mengingat kembali apa yang hilang dari memorinya, karena situasi hubungan mereka sebelum Seo Eun Gi kecelakaan sangat buruk.
Yap, itulah garis besar inti cerita dari Innocent Man.
Banyak juga quotes yang aku suka dari drama ini.
Yang paling membuatku terperangah?
Ketika Seo Eun Gi memasak buat Kang Ma Roo dan tiba-tiba Kang Ma Roo memeluknya dari belakang.
So Eun Gi merasakan ketakutan di sana. Sambil mengaduk spatula ia berkata, “Ma Roo, aku takut.”
“Takut apa?”
“Aku takut kamu bosan padaku, karena aku menyusahkanmu, kamu akan pergi dan melarikan diri dariku.”
Kang Ma Roo hanya menanggapi dengan tertawa kecil, menganggap ketakutan Seo Eun Gi ini tidak beralasan. “Itu tidak akan pernah terjadi,” ucap Kang Ma Roo.
“Kita tidak pernah tahu hati seseorang.”
Awalnya aku berpikir Seo Eun Gi ada benarnya. Siapa juga yang bisa membaca isi hati seseorang? Hingga detik berikutnya Kang Ma Roo berkata,
“Aku yang paling tahu hatiku,”
Nah, di sini aku bengong, menganggap pernyataan Kang Ma Roo juga benar dan menjadi satu-satunya solusi atas keresahan Seo Eun Gi.
“Aku tidak akan pernah bosan padamu. Kamu tidak pernah menyusahkan aku. Dan aku tidak akan pernah melarikan diri darimu.”
Yah, itu hanya salah satu scene yang paling aku suka.
Masih banyak scene lainnya yang mengobrak-abrik emosi karena tingkah Han Jae Hee yang semakin menjadi-jadi, hehe.
So, do you find any reason to not watch this drama?
I guess no and never ^^
Happy watching.
-d-
Gambar untuk Innocent Man
Ada Song Joong Ki sebagai Kang Ma Roo.
Ada Moon Chae Won sebagai Seo Eun Gi.
Berbeda dengan The Moon that Embraces The Sun yang berlatar kerajaan, kalau Innocent Man di sini berlatar perusahaan.
Aku orang yang suka menebak-nebak, misalnya apa yang akan terjadi pada scene berikutnya, atau hal apa yang akan diucapkan si lawan bicara, dan biasanya tebakanku tak pernah meleset.
Yang menarik dari drama ini, tebakanku selalu meleset.
Itulah sebabnya kenapa drama ini menjadi the second best drama versi aku, hehe.
Singkat cerita, Kang Ma Roo (Song Joong Ki) adalah seorang mahasiswa kedokteran yang sangat mencintai pacar-lima-tahun-lebih-tuanya, Han Jae Hee (Park Se Yeon).
Han Jae Hee adalah seorang reporter yang suka meliput kasus, termasuk kasus perusahaan Taesan Grup yang menjebaknya dalam kasus pembunuhan.
Kang Ma Roo akhirnya rela menggantikan Han Jae Hee sebagai tersangka, ia rela melepaskan perkuliahan kedokterannya.
Sebagai balasan, Han Jae Hee dinikahi oleh direktur Taesan Grup yang memiliki putri bernama Seo Eun Gi (Moon Chae Won).
Keluar dari penjara, Kang Ma Roo menjadi sosok yang barbar, berubah dari sosok yang lembut penuh cinta dan kasih sayang menjadi sosok yang keras.
Pertemuan Seo Eun Gi dan Kang Ma Roo terjadi di pesawat dari Jepang menuju Korea.
Seo Eun Gi yang mengidap penyakit paru-paru jatuh pingsan di pelukan Kang Ma Roo yang notabene adalah mantan mahasiswa kedokteran.
Karena tidak ada dokter di pesawat, maka Kang Ma Roo yang mengambil tindakan.
Saat itulah Kang Ma Roo mengetahui bahwa Han Jae Hee sudah menikah, mengkhianatinya setelah segala pengorbanan yang telah dia lakukan untuk wanita itu.
Pertemuan kedua Kang Ma Roo dengan Seo Eun Gi, saat mereka kebut-kebutan motor.
Unik memang karena hobi Seo Eun Gi kalau lagi stres adalah mengendarai motor dengan kecepatan tinggi sambil membawa boneka barbie pemberian mendiang ibunya.
Di sana Seo Eun Gi hampir masuk ke jurang, dan Kang Ma Roo menolongnya.
Setelah pertemuan itu, Seo Eun Gi menemui Kang Ma Roo.
Saat itu Kang Ma Roo menyadari bahwa karakter Seo Eun Gi sangat khas, sangat tidak biasa dan tidak seperti wanita kebanyakan, cenderung kasar dan sama seperti dirinya, keras.
Di saat yang sama pun Seo Eun Gi semakin tertarik untuk mengenal Kang Ma Roo lebih jauh, bahkan dia bilang ke ayahnya kalau Kang Ma Roo adalah kekasihnya.
Kang Ma Roo mulai banyak membantu Seo Eun Gi dalam banyak hal, termasuk saat Seo Eun Gi mendapat masalah besar karena resort kesayangannya di Jepang akan dijual untuk proyek baru perusahaan.
Kang Ma Roo ikut turun tangan untuk membantu Seo Eun Gi mencari jalan keluar.
Seo Eun Gi mulai tergugah hatinya atas segala kebaikan Kang Ma Roo.
Yang tidak Seo Eun Gi tahu, Kang Ma Roo melakukan itu semua murni karena Han Jae Hee, murni untuk menentang segala perbuatannya yang berniat menjatuhkan Seo Eun Gi.
Kang Ma Roo memanfaatkan Seo Eun Gi untuk menentang Han Jae Hee.
Itu pada awalnya, hingga saat Seo Eun Gi mengungkapkan perasaannya pada Kang Ma Roo dengan sangat tulus, Kang Ma Roo mulai merasa dia tidak dapat kehilangan wanita ini.
Segalanya berjalan lancar sampai akhirnya Seo Eun Gi tahu bahwa Kang Ma Roo adalah mantan pacar ibu tirinya.
Ditambah dengan berita meninggalnya ayahnya, Seo Eun Gi jadi hilang kendali.
Ia benar-benar frustasi, marah, tidak tahu apa yang harus dilakukannya atas segala pengkhianatan dari ketulusannya, Seo Eun Gi mengalami kecelakaan mobil dan dinyatakan hilang.
Satu tahun berselang, Kang Ma Roo menemukan sosok Seo Eun Gi yang terlihat linglung sedang mencari dirinya.
Jelas Kang Ma Roo terkejut karena Seo Eun Gi tidak mengenali dirinya.
Ya, Seo Eun Gi kehilangan ingatan, mengalami kerusakan pada otak dan syarafnya.
Membuatnya menjadi seperti anak kecil, tidak dapat membedakan mana yang benar mana yang salah, mana yang baik mana yang jahat, membuat dirinya dalam situasi yang berbahaya.
Maka dari itu Kang Ma Roo menjaganya dari apa pun dan siapa pun, termasuk Han Jae Hee yang ingin mengambil alih perusahaan karena seharusnya diwariskan pada Seo Eun Gi.
Dengan bantuan Kang Ma Roo, Seo Eun Gi berpura-pura menjadi gadis normal dan sehat.
Ia menjalankan tugasnya di perusahaan dengan Kang Ma Roo di belakangnya.
Di satu sisi, Kang Ma Roo ingin Seo Eun Gi cepat menemukan kembali ingatannya.
Di sisi lain, ia takut kalau Seo Eun Gi mengingat kembali apa yang hilang dari memorinya, karena situasi hubungan mereka sebelum Seo Eun Gi kecelakaan sangat buruk.
Yap, itulah garis besar inti cerita dari Innocent Man.
Banyak juga quotes yang aku suka dari drama ini.
Yang paling membuatku terperangah?
Ketika Seo Eun Gi memasak buat Kang Ma Roo dan tiba-tiba Kang Ma Roo memeluknya dari belakang.
So Eun Gi merasakan ketakutan di sana. Sambil mengaduk spatula ia berkata, “Ma Roo, aku takut.”
“Takut apa?”
“Aku takut kamu bosan padaku, karena aku menyusahkanmu, kamu akan pergi dan melarikan diri dariku.”
Kang Ma Roo hanya menanggapi dengan tertawa kecil, menganggap ketakutan Seo Eun Gi ini tidak beralasan. “Itu tidak akan pernah terjadi,” ucap Kang Ma Roo.
“Kita tidak pernah tahu hati seseorang.”
Awalnya aku berpikir Seo Eun Gi ada benarnya. Siapa juga yang bisa membaca isi hati seseorang? Hingga detik berikutnya Kang Ma Roo berkata,
“Aku yang paling tahu hatiku,”
Nah, di sini aku bengong, menganggap pernyataan Kang Ma Roo juga benar dan menjadi satu-satunya solusi atas keresahan Seo Eun Gi.
“Aku tidak akan pernah bosan padamu. Kamu tidak pernah menyusahkan aku. Dan aku tidak akan pernah melarikan diri darimu.”
Yah, itu hanya salah satu scene yang paling aku suka.
Masih banyak scene lainnya yang mengobrak-abrik emosi karena tingkah Han Jae Hee yang semakin menjadi-jadi, hehe.
So, do you find any reason to not watch this drama?
I guess no and never ^^
Happy watching.
-d-
Gambar untuk Innocent Man
Senin, 20 April 2015
The Moon that Embraces The Sun
Sebelumnya, kita perkenalkan dulu yaa para pemain dari drama ini.
Kim Soo Hyun
Han Ga In
Aku sendiri tidak tahu kenapa bisa benar-benar jatuh cinta dengan drama ini.
Dari judulnya saja sudah sangat romantis, bukan? Hehe.
Menurutku lho, ya, sebagai jiwa melankolis paling bahagia :D
Baru kali ini ada drama korea dengan 20 episode, dan hanya 30 menit terakhir di episode 20 yang benar-benar bahagia.
Sisanya? Sedih, tegang, campur aduk pokoknya.
Drama ini bercerita tentang kerajaan di jaman Joseon, Korea.
Istana merupakan tempat yang paling diinginkaan untuk didatangi semua orang.
Tetapi yang jelas, di sana, jaman dahulu, kasta tetaplah kasta.
Bahkan untuk melihat raja saja pakaian dan sepatu harus terbuat dari sutera.
Banyak yang bilang jika sudah memasuki istana, haruslah hati-hati.
Baik itu dalam melangkah, berbicara, apalagi berbuat.
Sehingga orang-orang yang berada di istana hanyalah orang-orang pilihan.
Pilihan yang seperti apa?
Jangan salah, biar kasta mereka memang tinggi, tetapi hati mereka tidak setinggi kastanya.
Banyak pemerintah-pemerintah yang gila kedudukan sehingga melakukan permainan politik, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang diinginkan.
Namun, ada juga petinggi yang memang layak dan pantas berada di sana karena potensi juga kebijaksanaan mereka.
Termasuk ayahnya Heo Yeon Woo, putri cantik dan imut berumur 13 tahun yang sangat pintar, rendah hati, senyumnya memukau, juga peduli terhadap sesamanya, termasuk rakyat tidak punya.
Ayah Yeon Woo mendidik anaknya dengan penuh kebijaksanaan, ketegasan, juga kasih sayang.
Sehingga tidak heran jika anak laki-lakinya, kakak dari Heo Yeon Woo, dipercaya untuk menjadi guru bagi The Crown Prince, Lee Hwon.
Yeon Woo selalu membantu kakaknya menghadapi The Crown Prince yang tidak mudah menerima seseorang menjadi gurunya.
Singkat cerita, saat upacara penobatan kakaknya, Yeon Woo datang dan tidak sengaja bertemu dengan Lee Hwon.
Ia berbicara banyak dan menganggap Lee Hwon adalah maling tanpa mengetahui bahwa Lee Hwon merupakan pangeran kerajaan.
Saat mengetahui, jelas Yeon Woo merasa bersalah tetapi dianggap lelucon oleh Lee Hwon.
Dan ya, keduanya langsung saling menyukai sejak pertemuan pertama itu.
Ternyata, adik perempuan dari Lee Hwon pun juga membutuhkan guru.
Tentu saja Yeon Woo masuk kualifikasi bersama Yoon Bo Kyung, gadis penuh iri pada Yeon Woo karena dalam satu hari gadis itu sudah mendapat perhatian dari Princess dan Raja.
Kemudian, tibalah saatnya untuk pemilihan The Crown Princess.
Walaupun Lee Hwon masih berumur 15 tahun, tetapi upacara pernikahan memang diselenggarakan sejak umur yang masih belia untuk dapat mempertahankan keturunan kerajaan.
Ayah Yeon Woo sedikit resah karena sudah mengirim kedua anaknya ke dalam istana.
Ditambah lagi, Yeon Woo keras kepala ingin mengikuti kompetisi pemilihan The Crown Princess karena Lee Hwon memintanya secara pribadi, juga mendukungnya.
Hanya dengan satu pertanyaan dari raja, yaitu:
Aku adalah raja negara Joseon. Jika aku dinilai dengan uang, berapa nilaiku?
Yoon Bo Kyung menjawab “Kebaikan raja lebih tinggi dari gunung dan lebih luas dari lautan. Bagaimana mungkin saya berani mengukurnya dengan uang? Mungkin bisa dibandingkan dengan emas dan permata. Mari kita menunggu sampai alat mengukur berat langit dan dalamnya lautan ditemukan. Saat itu, mohon tanyakan saya kembali.”
Jawaban Yoon Bo Kyung memang sangat lugas dan dia mengucapkannya dengan sangat piawai, sesuai dengan anak yang berpendidikan.
Tetapi jawaban tersebut belum cukup menjadikannya sebagai The Crown Princess.
Yap, Heo Yeon Woo yang terpilih menjadi The Crown Princess karena menjawab :
Jawabannya adalah 1 Yang. (Mungkin senilai dengan 1 rupiah kali ya? Hehe.)
Jelas orang-orang di ruangan tak terkecuali raja, terkejut mendengar jawaban itu.
Alasannya ia menjawab 1 Yang karena:
Bagi rakyat miskin, tidak ada yang lebih berharga dari 1 Yang. Bagi orang kaya mungkin 1 Yang tidak berarti apa-apa. Tetapi bagi orang miskin mereka paham betul betapa berharganya 1 Yang. Raja sama berharganya dengan 1 Yang di mata mereka. Jadi saya mohon raja menetapkan kebijakan bagi rakyat banyak.
Saat itu bukan main bagaimana senangnya Lee Hwon saat terpilihnya Yeon Woo sebagai The Crown Princess.
Tetapi Nenek Lee Hwon tidak setuju.
Ia hanya ingin Bo Kyung yang menjadi The Crown Princess karena sudah mempunyai perjanjian dengan ayah Bo Kyung yang selalu bertindak licik juga tidak peduli pada rakyat miskin.
Sampai akhirnya nenek Lee Hwon menghampiri seorang Shaman kerajaan yang dipercaya untuk membunuh Yeon Woo.
Yeon Woo pun akhirnya meninggal dan di situlah detik-detik di mana kesedihan mulai tercipta pada drama ini.
Apalagi kalau melihat Lee Hwon sampai dewasa selalu terlelap dengan memanggil-manggil nama Yeon Woo sambil mengeluarkan air mata.
Nah, itu dia singkat cerita dari The Moon That Embraces The Sun.
Apakah Yeon Woo benar-benar meninggal atau masih hidup?
Silahkan ditonton kelanjutan ceritanya.
Banyak hal-hal mengejutkan yang bikin tegang, kepedihan di sana sini, dan perasaan lainnya yang dapat membuatmu akan melupakan sekelilingmu (oke ini memang berlebihan, hehe).
Sampai sekarang aku belum bisa move on dari The Moon that Embraces The Sun.
Setting, karakter para tokoh, dan yang paling penting, alur cerita drama ini mendekati sempurna.
Terbukti dari menangnya drama ini sebagai best drama di Korean Drama Awards tahun 2012.
So, penasaran bagaimana kisah akhir dari Lee Hwon dan Heo Yeon Woo?
Just watch the drama.
Cuma 20 episode kok, nggak beatus-ratus episode kayak sinetron Indonesia hehehehe *facepalm*
-d-
Kim Soo Hyun
Han Ga In
Aku sendiri tidak tahu kenapa bisa benar-benar jatuh cinta dengan drama ini.
Dari judulnya saja sudah sangat romantis, bukan? Hehe.
Menurutku lho, ya, sebagai jiwa melankolis paling bahagia :D
Baru kali ini ada drama korea dengan 20 episode, dan hanya 30 menit terakhir di episode 20 yang benar-benar bahagia.
Sisanya? Sedih, tegang, campur aduk pokoknya.
Drama ini bercerita tentang kerajaan di jaman Joseon, Korea.
Istana merupakan tempat yang paling diinginkaan untuk didatangi semua orang.
Tetapi yang jelas, di sana, jaman dahulu, kasta tetaplah kasta.
Bahkan untuk melihat raja saja pakaian dan sepatu harus terbuat dari sutera.
Banyak yang bilang jika sudah memasuki istana, haruslah hati-hati.
Baik itu dalam melangkah, berbicara, apalagi berbuat.
Sehingga orang-orang yang berada di istana hanyalah orang-orang pilihan.
Pilihan yang seperti apa?
Jangan salah, biar kasta mereka memang tinggi, tetapi hati mereka tidak setinggi kastanya.
Banyak pemerintah-pemerintah yang gila kedudukan sehingga melakukan permainan politik, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang diinginkan.
Namun, ada juga petinggi yang memang layak dan pantas berada di sana karena potensi juga kebijaksanaan mereka.
Termasuk ayahnya Heo Yeon Woo, putri cantik dan imut berumur 13 tahun yang sangat pintar, rendah hati, senyumnya memukau, juga peduli terhadap sesamanya, termasuk rakyat tidak punya.
Ayah Yeon Woo mendidik anaknya dengan penuh kebijaksanaan, ketegasan, juga kasih sayang.
Sehingga tidak heran jika anak laki-lakinya, kakak dari Heo Yeon Woo, dipercaya untuk menjadi guru bagi The Crown Prince, Lee Hwon.
Yeon Woo selalu membantu kakaknya menghadapi The Crown Prince yang tidak mudah menerima seseorang menjadi gurunya.
Singkat cerita, saat upacara penobatan kakaknya, Yeon Woo datang dan tidak sengaja bertemu dengan Lee Hwon.
Ia berbicara banyak dan menganggap Lee Hwon adalah maling tanpa mengetahui bahwa Lee Hwon merupakan pangeran kerajaan.
Saat mengetahui, jelas Yeon Woo merasa bersalah tetapi dianggap lelucon oleh Lee Hwon.
Dan ya, keduanya langsung saling menyukai sejak pertemuan pertama itu.
Ternyata, adik perempuan dari Lee Hwon pun juga membutuhkan guru.
Tentu saja Yeon Woo masuk kualifikasi bersama Yoon Bo Kyung, gadis penuh iri pada Yeon Woo karena dalam satu hari gadis itu sudah mendapat perhatian dari Princess dan Raja.
Kemudian, tibalah saatnya untuk pemilihan The Crown Princess.
Walaupun Lee Hwon masih berumur 15 tahun, tetapi upacara pernikahan memang diselenggarakan sejak umur yang masih belia untuk dapat mempertahankan keturunan kerajaan.
Ayah Yeon Woo sedikit resah karena sudah mengirim kedua anaknya ke dalam istana.
Ditambah lagi, Yeon Woo keras kepala ingin mengikuti kompetisi pemilihan The Crown Princess karena Lee Hwon memintanya secara pribadi, juga mendukungnya.
Hanya dengan satu pertanyaan dari raja, yaitu:
Aku adalah raja negara Joseon. Jika aku dinilai dengan uang, berapa nilaiku?
Yoon Bo Kyung menjawab “Kebaikan raja lebih tinggi dari gunung dan lebih luas dari lautan. Bagaimana mungkin saya berani mengukurnya dengan uang? Mungkin bisa dibandingkan dengan emas dan permata. Mari kita menunggu sampai alat mengukur berat langit dan dalamnya lautan ditemukan. Saat itu, mohon tanyakan saya kembali.”
Jawaban Yoon Bo Kyung memang sangat lugas dan dia mengucapkannya dengan sangat piawai, sesuai dengan anak yang berpendidikan.
Tetapi jawaban tersebut belum cukup menjadikannya sebagai The Crown Princess.
Yap, Heo Yeon Woo yang terpilih menjadi The Crown Princess karena menjawab :
Jawabannya adalah 1 Yang. (Mungkin senilai dengan 1 rupiah kali ya? Hehe.)
Jelas orang-orang di ruangan tak terkecuali raja, terkejut mendengar jawaban itu.
Alasannya ia menjawab 1 Yang karena:
Bagi rakyat miskin, tidak ada yang lebih berharga dari 1 Yang. Bagi orang kaya mungkin 1 Yang tidak berarti apa-apa. Tetapi bagi orang miskin mereka paham betul betapa berharganya 1 Yang. Raja sama berharganya dengan 1 Yang di mata mereka. Jadi saya mohon raja menetapkan kebijakan bagi rakyat banyak.
Saat itu bukan main bagaimana senangnya Lee Hwon saat terpilihnya Yeon Woo sebagai The Crown Princess.
Tetapi Nenek Lee Hwon tidak setuju.
Ia hanya ingin Bo Kyung yang menjadi The Crown Princess karena sudah mempunyai perjanjian dengan ayah Bo Kyung yang selalu bertindak licik juga tidak peduli pada rakyat miskin.
Sampai akhirnya nenek Lee Hwon menghampiri seorang Shaman kerajaan yang dipercaya untuk membunuh Yeon Woo.
Yeon Woo pun akhirnya meninggal dan di situlah detik-detik di mana kesedihan mulai tercipta pada drama ini.
Apalagi kalau melihat Lee Hwon sampai dewasa selalu terlelap dengan memanggil-manggil nama Yeon Woo sambil mengeluarkan air mata.
Nah, itu dia singkat cerita dari The Moon That Embraces The Sun.
Apakah Yeon Woo benar-benar meninggal atau masih hidup?
Silahkan ditonton kelanjutan ceritanya.
Banyak hal-hal mengejutkan yang bikin tegang, kepedihan di sana sini, dan perasaan lainnya yang dapat membuatmu akan melupakan sekelilingmu (oke ini memang berlebihan, hehe).
Sampai sekarang aku belum bisa move on dari The Moon that Embraces The Sun.
Setting, karakter para tokoh, dan yang paling penting, alur cerita drama ini mendekati sempurna.
Terbukti dari menangnya drama ini sebagai best drama di Korean Drama Awards tahun 2012.
So, penasaran bagaimana kisah akhir dari Lee Hwon dan Heo Yeon Woo?
Just watch the drama.
Cuma 20 episode kok, nggak beatus-ratus episode kayak sinetron Indonesia hehehehe *facepalm*
-d-
Label:
Dina Best Drama
Top Five Dramas
Aku adalah seorang pecinta drama korea.
Sejak aku duduk di bangku kelas dua SMA, dan yang pertama kali aku tonton adalah drama Boys Before Flower, drama yang aku yakin sukses membuat semua orang berkhayal menjadi Geum Jan Di yang sangat dicintai oleh Goo Jun Pyo.
Semakin ke sini, semakin banyak drama yang dikemas rapi dan keren mulai dari alur cerita, karakter, setting, dan sebagainya.
Ternyata, Boys Before Flower bukan menjadi drama ter-OK dalam list-ku.
Sudah banyak drama yang aku tonton, dan sampai saat ini aku hanya memiliki top five.
Pertama, The Moon that Embraces The Sun.
Kedua, Innocent Man.
Ketiga, My Lovely Girl.
Keempat, Fated to Love You.
Kelima, Healer.
Lima drama itu yang menurutku benar-benar sukses membawakan cerita yang dituju.
Sebenarnya, drama yang lain juga banyak yang bagus.
Ibarat sayur asem, lima drama ini luar biasa menyegarkan.
Ibarat kopi, lima drama ini tidak terbuat dari sembarang biji kopi.
Mengerti kan perbedaannya?
Sayur asem dan kopi kan sama-sama enak, tapi akan lebih menggugah selera kalau lebih segar dan bahan untuk membuat kopinya tidak sembarangan.
Itulah analogi yang aku buat dalam mewakili kelebihan dari lima drama ini.
Untuk genre sendiri, masing-masing punya genre yang berbeda walau terselip kisah cintanya, hehe.
Mungkin untuk lebih jelasnya, nanti aku akan review lima drama itu di blog ini.
Check it out ^^
-d-
Sejak aku duduk di bangku kelas dua SMA, dan yang pertama kali aku tonton adalah drama Boys Before Flower, drama yang aku yakin sukses membuat semua orang berkhayal menjadi Geum Jan Di yang sangat dicintai oleh Goo Jun Pyo.
Semakin ke sini, semakin banyak drama yang dikemas rapi dan keren mulai dari alur cerita, karakter, setting, dan sebagainya.
Ternyata, Boys Before Flower bukan menjadi drama ter-OK dalam list-ku.
Sudah banyak drama yang aku tonton, dan sampai saat ini aku hanya memiliki top five.
Pertama, The Moon that Embraces The Sun.
Kedua, Innocent Man.
Ketiga, My Lovely Girl.
Keempat, Fated to Love You.
Kelima, Healer.
Lima drama itu yang menurutku benar-benar sukses membawakan cerita yang dituju.
Sebenarnya, drama yang lain juga banyak yang bagus.
Ibarat sayur asem, lima drama ini luar biasa menyegarkan.
Ibarat kopi, lima drama ini tidak terbuat dari sembarang biji kopi.
Mengerti kan perbedaannya?
Sayur asem dan kopi kan sama-sama enak, tapi akan lebih menggugah selera kalau lebih segar dan bahan untuk membuat kopinya tidak sembarangan.
Itulah analogi yang aku buat dalam mewakili kelebihan dari lima drama ini.
Untuk genre sendiri, masing-masing punya genre yang berbeda walau terselip kisah cintanya, hehe.
Mungkin untuk lebih jelasnya, nanti aku akan review lima drama itu di blog ini.
Check it out ^^
-d-
Senin, 13 April 2015
Ibu
Kalau kebanyakan orang-orang punya satu Ibu, aku punya banyak, hehe.
Pertama, aku punya ibu kandungku, ibu biologisku, namanya Nuryanah.
Cintanya padaku? Jangan dipertanyakan.
Bahkan aku rasa dia rela memberikan jiwa raga, bahkan nayawanya, untukku.
Cintaku padanya? Jangan diperbandingkan.
Aku tahu, walau aku persembahkan bumi dan seisinya hanya untuknya, itu tidak akan cukup membalas segala perjuangan, segala kasih sayang dan cinta, juga segala kekuatannya untuk melindungiku.
Tapi aku tidak akan pernah berhenti untuk membuatnya, at least, bangga memiliki aku.
Mama tidak ada duanya di dunia ini bagiku.
Kedua, aku punya tante, kakak dari Ibu, namanya Yumiati.
Sampai saat ini, beliau belum dikaruniai seorang anak oleh Allah SWT.
Aku tahu betapa hancur hatinya akan hal ini.
Tapi dia bertahan sekuat tenaga, tidak terpuruk dalam kesedihannya.
Karena dia tahu, dia memiliki aku dan dua anak dari suaminya.
Aku senang saat di disertasinya terpampang namaku di dalam ucapan terima kasihnya hehe.
Aku ingat saat aku kelas satu SMA, beliau sedang bercengkrama dengan temannya di telepon, ditanya sudah punya berapa anak, dia menjawab tiga.
Anak pertamanya dia bilang sudah lulus kuliah, anak kedua dia bilang kelas tiga SMA, dan anak terakhir dia bilang kelas satu SMA, yaitu diriku hehe.
Sampai sekarang jawaban itulah yang dilontarkan jika pertanyaan itu terulang kembali.
Ketiga, adik dari Ibuku, Nurlalela.
Nah kalau Tante yang satu ini partner in crime, hehe.
Karena kalau sama dia enak makan apa aja, pergi ke mana aja, hehe.
Jangan sampai deh buat dia marah, ngeri soalnya wkwk.
Itu Ibu-ibu yang tinggal satu rumah denganku. Masih ada Mama Eti, Mama Iyus, Mama Ees, Mama Pepeng, Mama Jenong, dan Tante Mona.
Senang rasanya dikaruniai keluarga besar seperti ini :)
Alhamdulillah
-d-
Pertama, aku punya ibu kandungku, ibu biologisku, namanya Nuryanah.
Cintanya padaku? Jangan dipertanyakan.
Bahkan aku rasa dia rela memberikan jiwa raga, bahkan nayawanya, untukku.
Cintaku padanya? Jangan diperbandingkan.
Aku tahu, walau aku persembahkan bumi dan seisinya hanya untuknya, itu tidak akan cukup membalas segala perjuangan, segala kasih sayang dan cinta, juga segala kekuatannya untuk melindungiku.
Tapi aku tidak akan pernah berhenti untuk membuatnya, at least, bangga memiliki aku.
Mama tidak ada duanya di dunia ini bagiku.
Kedua, aku punya tante, kakak dari Ibu, namanya Yumiati.
Sampai saat ini, beliau belum dikaruniai seorang anak oleh Allah SWT.
Aku tahu betapa hancur hatinya akan hal ini.
Tapi dia bertahan sekuat tenaga, tidak terpuruk dalam kesedihannya.
Karena dia tahu, dia memiliki aku dan dua anak dari suaminya.
Aku senang saat di disertasinya terpampang namaku di dalam ucapan terima kasihnya hehe.
Aku ingat saat aku kelas satu SMA, beliau sedang bercengkrama dengan temannya di telepon, ditanya sudah punya berapa anak, dia menjawab tiga.
Anak pertamanya dia bilang sudah lulus kuliah, anak kedua dia bilang kelas tiga SMA, dan anak terakhir dia bilang kelas satu SMA, yaitu diriku hehe.
Sampai sekarang jawaban itulah yang dilontarkan jika pertanyaan itu terulang kembali.
Ketiga, adik dari Ibuku, Nurlalela.
Nah kalau Tante yang satu ini partner in crime, hehe.
Karena kalau sama dia enak makan apa aja, pergi ke mana aja, hehe.
Jangan sampai deh buat dia marah, ngeri soalnya wkwk.
Itu Ibu-ibu yang tinggal satu rumah denganku. Masih ada Mama Eti, Mama Iyus, Mama Ees, Mama Pepeng, Mama Jenong, dan Tante Mona.
Senang rasanya dikaruniai keluarga besar seperti ini :)
Alhamdulillah
-d-
Senin, 06 April 2015
Nggak Ekspresif
Ceritanya, aku dan beberapa teman lagi di perpustakaan.
Tempat teroke sepanjang sejarah kami di tingkat akhir ini, hehehe.
Seketika, ada seorang teman lagi datang menghampiri kami.
Dia terkenal dengan segala keriwehannya.
Dia bilang dia kangen ke kami semua.
Dan aku hanya tersenyum menanggapi.
"Dina, kok begitu banget responnya? Kamu nggak kangen sama aku?"
"Ya kangen." jawabku singkat dan datar.
Aku pun merangsek maju untuk memberinya sebuah pelukan.
Well, bagaimana ya?
Jujur aku sama sekali tidak bohong padanya.
Aku benar-benar kangen padanya, dengan teman-teman sekelas.
Tapi aku bukan orang yang ekspresif, yang secara gamblang mengungkapkan apa yang aku rasa.
Aku cenderung diam, biar aku yang merasakan indahnya merindu dan dirindukan.
Bukannya tidak ingin berbagi, tetapi aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk dapat mencerminkan perasaanku.
Mungkin karena aku behave kali ya?
Atau ada yang salah denganku? Hehe.
-d-
Tempat teroke sepanjang sejarah kami di tingkat akhir ini, hehehe.
Seketika, ada seorang teman lagi datang menghampiri kami.
Dia terkenal dengan segala keriwehannya.
Dia bilang dia kangen ke kami semua.
Dan aku hanya tersenyum menanggapi.
"Dina, kok begitu banget responnya? Kamu nggak kangen sama aku?"
"Ya kangen." jawabku singkat dan datar.
Aku pun merangsek maju untuk memberinya sebuah pelukan.
Well, bagaimana ya?
Jujur aku sama sekali tidak bohong padanya.
Aku benar-benar kangen padanya, dengan teman-teman sekelas.
Tapi aku bukan orang yang ekspresif, yang secara gamblang mengungkapkan apa yang aku rasa.
Aku cenderung diam, biar aku yang merasakan indahnya merindu dan dirindukan.
Bukannya tidak ingin berbagi, tetapi aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk dapat mencerminkan perasaanku.
Mungkin karena aku behave kali ya?
Atau ada yang salah denganku? Hehe.
-d-
STEREO
Aku selalu ingin blogku menarik.
Sehingga sejak aku membuat web ini, aku selalu berusaha memosting cerita-cerita yang membuat banyak orang terpaku pada layar dengan LCD-nya adalah webku ini, sedang membaca tulisan-tulisan yang aku posting.
Tapi saat aku tinjau ulang, banyak sekali yang berlabel ‘hati', haha.
Biarinlah, namanya juga jiwa melankolis paling bahagia.
Kali ini, aku ingin memosting tentang STEREO.
Drama musikal di salah satu stasiun televisi yang menurutku dikemas sangat keren, jadi dari awal aku langsung tertarik dan selalu menunggu-nunggu program ini setiap minggunya.
Saat aku mengikuti acara talkshow yang bintang tamunya adalah para pemain STEREO, rata-rata mereka bilang bahwa mereka sudah seperti keluarga karena hampir setiap hari ketemu.
Well, pernyataan itu membuatku flash back ke jaman SMA dulu.
Bisa dibilang aku tahu banget apa yang para pemain STEREO itu rasakan.
Bagaimana rasanya hampir setiap hari bertemu dengan orang yang sama di ranah yang sama.
Ranah pengganti keluarga selama 8,5 jam per hari bahkan terkadang bisa lebih dari jam tersebut karena kami harus latihan rutin, evaluasi dari senior, belajar bersama, atau hanya sekadar bercengkrama yang membuat kami semakin kompak dan hubungan persaudaraan kami semakin intens.
Membuatku rindu dan tak jarang aku merasa ingin kembali ke masa-masa itu.
Yah, mungkin yang sering membaca blog ini tahu siapa mereka hehe.
Lalu aku kembali menemukan pengganti mereka, cahaya matahariku selain Ibu dan keluarga Arfatku, versi Bandung.
Hampir setiap hari bertemu di perkuliahan, berbagi suka dan duka, tawa dan tangis, kegalauan karena dosen, cinta, dan keluarga.
Mereka juga pernah aku bahas di blog ini, hehe.
Intinya, dengan adanya kehadiran mereka aku sadar.
Everybody loves you, Din! :D
Dan buat STEREO, semoga nanti nggak cuma hari Minggu aja ya tayangnya, kelamaan nunggunya, hehehe.
-d-
Sehingga sejak aku membuat web ini, aku selalu berusaha memosting cerita-cerita yang membuat banyak orang terpaku pada layar dengan LCD-nya adalah webku ini, sedang membaca tulisan-tulisan yang aku posting.
Tapi saat aku tinjau ulang, banyak sekali yang berlabel ‘hati', haha.
Biarinlah, namanya juga jiwa melankolis paling bahagia.
Kali ini, aku ingin memosting tentang STEREO.
Drama musikal di salah satu stasiun televisi yang menurutku dikemas sangat keren, jadi dari awal aku langsung tertarik dan selalu menunggu-nunggu program ini setiap minggunya.
Saat aku mengikuti acara talkshow yang bintang tamunya adalah para pemain STEREO, rata-rata mereka bilang bahwa mereka sudah seperti keluarga karena hampir setiap hari ketemu.
Well, pernyataan itu membuatku flash back ke jaman SMA dulu.
Bisa dibilang aku tahu banget apa yang para pemain STEREO itu rasakan.
Bagaimana rasanya hampir setiap hari bertemu dengan orang yang sama di ranah yang sama.
Ranah pengganti keluarga selama 8,5 jam per hari bahkan terkadang bisa lebih dari jam tersebut karena kami harus latihan rutin, evaluasi dari senior, belajar bersama, atau hanya sekadar bercengkrama yang membuat kami semakin kompak dan hubungan persaudaraan kami semakin intens.
Membuatku rindu dan tak jarang aku merasa ingin kembali ke masa-masa itu.
Yah, mungkin yang sering membaca blog ini tahu siapa mereka hehe.
Lalu aku kembali menemukan pengganti mereka, cahaya matahariku selain Ibu dan keluarga Arfatku, versi Bandung.
Hampir setiap hari bertemu di perkuliahan, berbagi suka dan duka, tawa dan tangis, kegalauan karena dosen, cinta, dan keluarga.
Mereka juga pernah aku bahas di blog ini, hehe.
Intinya, dengan adanya kehadiran mereka aku sadar.
Everybody loves you, Din! :D
Dan buat STEREO, semoga nanti nggak cuma hari Minggu aja ya tayangnya, kelamaan nunggunya, hehehe.
-d-
Senin, 19 Januari 2015
Hanya Kerudung Sampah
Hanya Kerudung Sampah ini merupakan sebuah short movie yang intisari ceritanya pun tidak dapat aku ceritakan dalam blog ini.
Harus menonton secara langsung dan menyimpulkan sendiri.
Filmnya pun tidak ditemukan di Youtube atau media sosial lainnya.
Hanya terdapat di roadshow film itu sendiri.
Kebetulan aku hanya mendapatkan Original Soundtrack-nya.
Cukup untuk membuat air mata menitik dari yang awalnya kecil sampai mengalir layaknya sungai ke lautan :D
Liriknya
Ku terngiang dalam peluh,
Ku merenung dalam hampa,
Ku terpaku dalam kesadaranku,
Ku melangkah dalam hari,
Ku menangis dalam kisah,
Inikah jalan yang kusebrangi?
Bila kerudung ini berkata,
Ku balut ragamu dengan cahaya,
Bila kerudung ini bertanya,
Sanggupkah diriku menjaga?
-d-
Harus menonton secara langsung dan menyimpulkan sendiri.
Filmnya pun tidak ditemukan di Youtube atau media sosial lainnya.
Hanya terdapat di roadshow film itu sendiri.
Kebetulan aku hanya mendapatkan Original Soundtrack-nya.
Cukup untuk membuat air mata menitik dari yang awalnya kecil sampai mengalir layaknya sungai ke lautan :D
Liriknya
Ku terngiang dalam peluh,
Ku merenung dalam hampa,
Ku terpaku dalam kesadaranku,
Ku melangkah dalam hari,
Ku menangis dalam kisah,
Inikah jalan yang kusebrangi?
Bila kerudung ini berkata,
Ku balut ragamu dengan cahaya,
Bila kerudung ini bertanya,
Sanggupkah diriku menjaga?
-d-
Label:
Islamku INDAH (:
Selasa, 13 Januari 2015
Insecurity
"Besok kegiatan kamu ngapain?"
"Rencananya mau ketemu sama Bu Aan. Aku beneran ilang arah dalam penulisan skripsiku. Aku gatau apa aku harus lari ke hutan lalu belok ke pantai atau memecahkan gelas biar ramai. In short, gue mau bimbingan, hehe."
"Ya ampun, pakai hilang arah segala."
Well, skripsi ini benar-benar sakral bagiku.
Awalnya, aku berniat menuntaskan kuliahku dalam 3,5 tahun dan rencana wisuda di bulan April 2015 sehingga aku menuntaskan semua mata kuliahku di semester 6.
Tapi manusia hanya dapat berencana bukan?
Hingga pada bulan Oktober aku jatuh sakit, delapan hari dirawat di rumah sakit dan seminggu disuruh bed rest oleh sang dokter.
Ditambah harus kontrol rutin setiap minggu jadi aku harus menyempatkan diri untuk melakukan medical treatment-ku.
Jadi kalau aku memaksakan diriku untuk tetap wisuda di bulan April, tandanya aku tidak adil pada diriku sendiri, aku memaksakan diri, terdengar egois pada diri sendiri padahal aku tahu bagaimana kebutuhan jasmani dan rohaniku.
Dalam hal ini, bukan hanya aku yang menargetkan lulus kuliah dalam 3,5 tahun.
Salah satu sahabat cantikku sejak SMA pun juga menargetkan hal sama.
Kami kuliah di jurusan yang sama tetapi beda universitas, aku kuliah di universitas pendidikan di Bandung, sedangkan dia di Jakarta.
Untungnya, target dia tercapai.
Sungguh aku sangat bangga dengan segala perjuangannya hingga bisa sidang di tanggal 14 Januari 2015, ya, besok hari.
Tapi di sisi lain, timbul keresahan dalam diriku karena aku baru akan membuat instrumen dan bahan ajar untuk penelitianku.
Kalau pun memang tidak ada halangan dan sesuai dengan perhitungan jadwal, aku baru dapat menyelesaikan laporanku bulan Maret, Insya Allah.
Sungguh aku sama sekali tidak tahu harus berbuat apa selain mendukung dan berdoa untuk kesuksesan dan kelancaran sahabatku itu walau timbul berbagai pressure dalam diriku ini.
Yah, memang seharusnya aku menjadikan pressure itu sebagai motivasiku untuk cepat menyelesaikan tugas akhir ini, tak peduli seberapa banyak kualitas atau kuantitas medical treatment yang harus aku jalani dalam jangka waktu minimal 6 bulan.
Dan harusnya hal itu bukanlah alasan untuk membuatku merasa insecure dan tertekan seperti ini, hehe.
As long as I do my best, there is nothing to worry about :)
Last but not least, CONGRADUATION DELLA AFRILIONITA :*
Menyesakkan rasanya tidak dapat hadir ke sidangnya, hhiks :'(
-d-
"Rencananya mau ketemu sama Bu Aan. Aku beneran ilang arah dalam penulisan skripsiku. Aku gatau apa aku harus lari ke hutan lalu belok ke pantai atau memecahkan gelas biar ramai. In short, gue mau bimbingan, hehe."
"Ya ampun, pakai hilang arah segala."
Well, skripsi ini benar-benar sakral bagiku.
Awalnya, aku berniat menuntaskan kuliahku dalam 3,5 tahun dan rencana wisuda di bulan April 2015 sehingga aku menuntaskan semua mata kuliahku di semester 6.
Tapi manusia hanya dapat berencana bukan?
Hingga pada bulan Oktober aku jatuh sakit, delapan hari dirawat di rumah sakit dan seminggu disuruh bed rest oleh sang dokter.
Ditambah harus kontrol rutin setiap minggu jadi aku harus menyempatkan diri untuk melakukan medical treatment-ku.
Jadi kalau aku memaksakan diriku untuk tetap wisuda di bulan April, tandanya aku tidak adil pada diriku sendiri, aku memaksakan diri, terdengar egois pada diri sendiri padahal aku tahu bagaimana kebutuhan jasmani dan rohaniku.
Dalam hal ini, bukan hanya aku yang menargetkan lulus kuliah dalam 3,5 tahun.
Salah satu sahabat cantikku sejak SMA pun juga menargetkan hal sama.
Kami kuliah di jurusan yang sama tetapi beda universitas, aku kuliah di universitas pendidikan di Bandung, sedangkan dia di Jakarta.
Untungnya, target dia tercapai.
Sungguh aku sangat bangga dengan segala perjuangannya hingga bisa sidang di tanggal 14 Januari 2015, ya, besok hari.
Tapi di sisi lain, timbul keresahan dalam diriku karena aku baru akan membuat instrumen dan bahan ajar untuk penelitianku.
Kalau pun memang tidak ada halangan dan sesuai dengan perhitungan jadwal, aku baru dapat menyelesaikan laporanku bulan Maret, Insya Allah.
Sungguh aku sama sekali tidak tahu harus berbuat apa selain mendukung dan berdoa untuk kesuksesan dan kelancaran sahabatku itu walau timbul berbagai pressure dalam diriku ini.
Yah, memang seharusnya aku menjadikan pressure itu sebagai motivasiku untuk cepat menyelesaikan tugas akhir ini, tak peduli seberapa banyak kualitas atau kuantitas medical treatment yang harus aku jalani dalam jangka waktu minimal 6 bulan.
Dan harusnya hal itu bukanlah alasan untuk membuatku merasa insecure dan tertekan seperti ini, hehe.
As long as I do my best, there is nothing to worry about :)
Last but not least, CONGRADUATION DELLA AFRILIONITA :*
Menyesakkan rasanya tidak dapat hadir ke sidangnya, hhiks :'(
-d-
Langganan:
Komentar (Atom)












